Pernyataan ini tidak benar.....

Pernyataan Prabowo ini tidak benar. Jadi, akan saya bantu luruskan:

1. Tidak hanya saat pasar saham jatuh orang2 selalu bicara. Pun saat harga saham naik, mereka juga berceloteh. Sama seperti harga emas; saat turun, orang2 berisik. Saat naik, juga ribut.

2. Nah, saat harga saham/emas naik; tentu tidak ada yang perlu dicemaskan. Namanya juga investasi naik, ekonomi meroket. Semua bahagia. Jadi, mereka mau berisik kayak apapun, santai sj. Repotnya adalah saat harga saham turun, berisiknya pasar bisa berimplikasi negatif kemana2.

3. Itu benar; secara langsung tidak ada urusannya saham dgn rakyat kecil. Penduduk makan nasi, bukan makan saham. Sepanjang harga beras murah, sembako terjangkau, rakyat baik2 saja.
4. Yang jadi masalah, harga saham ini bisa berimbas kemana2. Karena jatuhnya harga saham adalah cerminan turunnya tingkat keyakinan investor. Saat investor tdk yakin, (bahkan tdk punya trust), ada satu hal yg sangat mengkhawatirkan: kurs rupiah.

5. Itu benar; rakyat kecil juga tdk akan makan dollar, yen, euro, dkk. Mereka makan nasi. Tapi kabar buruknya adalah, Indonesia itu ujung ke ujung produk pangannya impor. Beras impor, terigu impor, gandum, kedelai, gula, susu, daging, bahkan garam pun impor. Dus, jika kurs rupiah melemah jadi 20.000 (misalnya), itu jelas serius. Inflasi menggila. Suku bunga naik. Wah kena semua akhirnya, lebih2 jika kalian punya KPR, kreditan. Sudahlah harga2 naik, cicilan juga naik.

6. Pada akhirnya, sy benar2 berharap, pemerintah tidak menganggap sepele soal harga2 saham ini. Sy setuju, tarif Trump itu tdk mengkhawatirkan bagi Indonesia. Ekspor Indonesia ke Amerika itu hanya 8-9%. Bisalah kita meredamnya. Nah, yg sy khawatirkan itu justeru adalah sikap dan tanggapan pemerintah.

Wah ini repot sekali jika keliru langkah. Bukannya memadamkan api; eh malah membesarkannya. Karena investor itu bukan buzzer, bukan rakyat kecil yg jejeritan rebutan kaos, bansos, sembako, amplop. Mereka punya perhitungan tersendiri. Suka atau tidak suka, jika trust mereka hilang, kita bisa kena krisis besar.

Lebih2, pikirkanlah my friend: setiap tahun negara harus punya 1.000 trilyun buat cicilan pokok+bayar bunga utang.

(By Tere Liye)

Baca juga :