Kakek Perokok 100 Tahun Masih Sehat? Jangan Tertipu ‘Keberuntungan Genetik' !!

Kakek Perokok 100 Tahun Masih Sehat? Jangan Tertipu ‘Keberuntungan Genetik'!!

Oleh: dr. Erta Priadi Wirawijaya

Hehe… menarik juga ya cerita soal kakek teman yang katanya perokok berat, tiap hari hidup di antara asap rokok dan asap tungku kayu, tapi masih bisa jalan lincah di kebun meski usianya udah lewat 100 tahun. Cerita semacam ini memang sering banget dijadikan alasan pembenaran: “Tuh, buktinya kakek bisa sehat-sehat aja, kok!” Tapi, ayo kita buka mata lebar-lebar—kisah seperti ini sebenarnya adalah pengecualian langka, bukan aturan umum.

Bisa jadi si kakek itu punya kombinasi ‘keberuntungan genetik’ luar biasa: metabolisme bagus, daya tahan tubuh kuat, tidak pernah stres soal kerjaan atau cicilan, makannya sederhana dan bergizi, hidupnya aktif bergerak, apalagi berkebun. Gaya hidup aktif dan minim stres jelas punya dampak besar terhadap kesehatan jangka panjang, bahkan bisa ‘mengimbangi’ efek buruk rokok dalam jangka waktu tertentu. Tapi ingat, "bisa mengimbangi" bukan berarti "kebal."

Coba deh sesekali main ke poli jantung di rumah sakit. Di sana Bapak/Ibu akan lihat kenyataan yang jauh berbeda dari kisah si kakek. Banyak pria usia 50-an, bahkan ada yang baru masuk usia 30-an, sudah mengalami serangan jantung, gagal jantung, stroke, bahkan tidak bisa lagi bekerja. Yang tadinya jadi tulang punggung keluarga, sekarang harus disuapi obat dan oksigen, sementara istri harus banting tulang gantiin perannya.
Lebih miris lagi, banyak pasien datang bukan cuma dengan satu penyakit. Ada yang datang dengan keluhan sesak, ternyata bukan cuma jantungnya yang bermasalah, tapi juga paru-parunya. Banyak dari mereka didiagnosis PPOK—penyakit paru obstruktif kronik—yang disebabkan oleh kebiasaan merokok bertahun-tahun. Kalau jantungnya lemah dan paru-parunya juga rusak, maka pengobatannya jadi sangat kompleks dan sulit.

Saya tahu, topik ini bisa terasa menyinggung. Maaf ya untuk para perokok, saya bukannya benci—sungguh, saya justru sangat sayang dan peduli. Saya sering lihat pasien yang merasa menyesal setelah sakit datang, tapi saat itu semua sudah terlambat. Dan sedihnya lagi, kadang bukan hanya perokok yang kena, tapi juga keluarganya—istrinya, anaknya, orang di sekitarnya yang ikut menghirup asapnya.

Saya pernah merawat seorang pasien yang mengeluh sesak meskipun sudah minum banyak obat jantung. Setelah dicek, ternyata masalah utamanya ada di paru. Karena terlalu lama terekspos asap rokok, terjadi kerusakan saluran napas yang tidak bisa diperbaiki lagi. Jadinya walaupun jantungnya sudah “diobatin,” napas tetap pendek karena paru-parunya sudah rusak permanen. Obatnya? Satu-satunya jalan mungkin transplantasi jantung dan paru sekaligus—yang jelas belum bisa dilakukan di Indonesia.

Jadi, kalau ada satu-dua orang yang kelihatan “kebal,” jangan jadikan itu alasan untuk membenarkan kebiasaan merokok. Ibaratnya, ada orang loncat dari lantai tiga dan selamat, tapi bukan berarti semua orang harus coba-coba loncat juga, kan? Mayoritas dari kita nggak punya “amunisi” genetik seperti si kakek tadi. Jadi lebih baik jaga diri sekarang daripada menyesal nanti.

Buat para pembaca budiman yang selama ini setia membaca tulisan dan mendengarkan video saya—terima kasih banyak. Mohon maaf jika saya sering membahas topik yang itu-itu aja, yang mungkin terasa membosankan. Tapi percaya deh, saya hanya ingin menyampaikan hal-hal yang bermanfaat untuk kesehatan jantung dan hidup kita semua. Anggaplah ini sebagai bentuk sayang saya.

Dan berhubung ini momen spesial, saya ingin menyampaikan: Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H! Mohon maaf lahir dan batin. Semoga kita semua diberikan umur panjang, kesehatan yang paripurna, dan kebahagiaan bersama orang-orang tercinta. Jangan bosan ya, saya akan terus berusaha menyampaikan edukasi kesehatan, walaupun mungkin tidak sepopuler konten lainnya.

Terakhir, untuk para perokok: kalau belum bisa berhenti sekarang, setidaknya mulai kurangi. Kesehatan itu tidak ternilai. Ingat, kalau bukan untuk diri sendiri, berhentilah demi orang yang kalian sayangi. Karena satu batang rokok yang dibakar, bisa jadi adalah satu langkah lebih dekat menuju rumah sakit. Yuk, hidup lebih sehat—jantung dan paru-paru kita akan berterima kasih nanti.

Kalau kamu suka tulisan ini, boleh banget dishare ya. Siapa tahu bisa menyelamatkan satu-dua nyawa di luar sana. 

(fb)

Baca juga :