Ini bukan drama film....

Setelah dua puluh tahun bersama, di puncak karirnya Soekarno justru menceraikan isteri setianya Inggit Ganarsih (55 tahun) demi seseorang wanita muda berusia 20 tahun bernama Fatmawati yang kelak melahirkan Megawati.

Begitulah nasib tragis Inggit Ganarsih yang sudah menemani Soekarno dari nol hingga menjadi orang besar justru dibuang demi wanita yang lebih menawan.

Tapi ternyata kisahnya tidak berhenti disitu, dahulu kala pertemuan Soekarno dengan Inggit Ganarsih juga mengorbankan perasaan.

Ketika Soekarno muda saat itu sudah menikah mengadu nasib datang ke Bandung, ia bukan siapa-siapa. Hanya seorang anak rantau yang penuh mimpi, tinggal menumpang di rumah Kang Sanusi (Kang Uci) seorang pedagang sederhana yang hidup damai bersama istrinya, Inggit Garnasih.

Namun, siapa sangka? Kedatangan Soekarno ke rumah itu justru menjadi musibah bagi keluarga Kang Sanusi.

Soekarno bukan hanya anak kos biasa. Dengan tutur kata yang tajam dan karisma yang kuat, ia bisa menaklukkan siapa saja, termasuk hati Inggit, sang Ibu Kos.

Ya, di dalam rumah sederhana itu, Soekarno jatuh cinta. Bukan pada gadis muda, bukan pada anak Kang Sanusi, tetapi pada Inggit sendiri wanita matang yang sudah bersuami.
Lama-lama, percikan asmara itu tak bisa disembunyikan. Terlihat mereka saling curhat-curhatan bahkan (baca ss di bawah). 

Sanusi, suami yang setia, hanya bisa menatap getir ketika istrinya mulai terpesona oleh pesona pemuda yang lebih muda darinya. Bahkan dengan berani Soekarno meminta Kang Sanusi bahwa dirinya mencintai Isterinya. Sanusi dengan kenyataan pahit memilih menceraikan isterinya. Dan akhirnya, rumah tangga itu pun hancur berawal dari kedatangan pemuda kos itu tadi.

Kembali ke nasib Fatmawati yang sukses menikah dengan Soekarno, Fatmawati menjadi ibu negara resmi. Di tahun 1952 Soekarno tiba-tiba menikah dengan Hartini tanpa seizin Fatmawati, perempuan umur 29 tahun. Mendengar itu, Fatmawati meninggalkan istana selamanya dan tidak lagi menjadi ibu negara karena merasa dikhianati.

Setelah menikahi Hartini, Soekarno tidak berhenti mencari cinta. Hasratnya terhadap wanita tak pernah padam.

Ia kemudian menjalin hubungan dengan Kartini Manoppo, seorang pramugari Garuda yang ia nikahi secara siri. Dari pernikahan ini, lahirlah seorang putra bernama Totok Suryawan. Namun, hubungan ini tak bertahan lama.

Tak lama setelah itu, Soekarno terpikat pada Ratna Sari Dewi, gadis Jepang berusia 19 tahun bernama asli Naoko Nemoto. Mereka menikah pada 1962, menjadikannya Ibu Negara asal Jepang.

Namun, di tengah gejolak politik, Soekarno masih menikahi Haryati (1963), seorang penari istana. Pernikahan ini singkat, karena Haryati merasa tak mendapatkan perhatian yang cukup.

Tahun berikutnya, Soekarno menikahi Yurike Sanger (1964), aktivis muda berusia 19 tahun. Namun, setelah kejatuhannya pada 1967, ia terpaksa menceraikan Yurike demi keselamatannya.

Istri terakhirnya adalah Heldy Djafar (1966), seorang gadis berusia 18 tahun. Pernikahan ini berlangsung di saat kekuasaan Soekarno mulai runtuh. Ketika ia semakin tersingkir dari panggung politik, Heldy pun memilih pergi.

Pada akhirnya, di pengasingan, Soekarno hanya ditemani kesepian dan kenangan akan wanita-wanita yang pernah ia cintai dan tinggalkan.

(Ngopidiyyah)
Baca juga :