Pengacara Jokowi Menuduh Opini Publik Sudah Kemana-mana
Opini publik soal ijazah palsu Jokowi masih seputar itu-itu saja. Tidak kemana-mana. Dan tema opini publik itu konsisten selama 10 tahunan ini. Justeru keadaannya sekarang semakin relevan dan menjumpai titik terang.
Justeru yang beropini kemana-mana itu adalah Jokowi dan para pengacara Geng Moelyono Hasibuan itu.
Publik hanya mempertanyakan proses gugatan perdata terhadap ijazah palsu Jokowi itu, tetapi penggugat nya atau yang mempertanyakan dan memperbincangkannya malah dikriminalisasi dengan tuduhan entah kemana-mana.
Dan banyak publik yang konsisten dengan isu itu yang telah keluar masuk penjara dengan dasar penangkapan menghina kepala negara. Padahal dalam konstitusi tidak ada dasarnya.
Lalu kemana-mana dicarikan pasalnya oleh kepolisian, kejaksaan dan kehakiman agar tetap publik itu diganjar hukuman penjara.
Publik sejatinya tidak kemana-mana. Masih tetap di sini. Seperti biasa, menuliskan opini berdasarkan data-data yang juga sudah tersebar luas di berbagai media. Ditambah kemudian data-data baru yang diteliti oleh para ahli. Publik yang konsisten tentunya akan turut meramaikan.
Bahkan kadang-kadang tak jarang komentar-komentar nyeletuk yang diutarakan publik juga menjadi kunci pembuka tabir Mega Skandal penipuan dan pemalsuan dokumen negara oleh Geng Moelyono ini.
Hingga kini Jokowi masih selamat bahkan sehat walafiat tinggal dirumah barunya hasil pemberian negara sebagai upah kerja selama 10 tahun jadi presiden. Nilainya mencapai ratusan miliar. Bahkan luasnya juga tidak tanggung-tanggung. Beberapa hektar. Jokowi tentu harusnya tenang-tenang saja. Pensiunan ada puluhan juta rupiah setiap bulan. Rumah yang besar itu biaya operasionalnya juga ditanggung negara. Masih dikasih pengawalan dan pengamanan dengan fasilitas negara.
Tetapi Jokowi, jelas tidak bisa kemana-mana, selain hanya muter-muter bolak balik Istana - Solo. Atau Solo - Istana.
Mau ke kampus, tidak ada yang mengundang. Mau ke forum internasional tidak ada yang meminta. Mau ke forum-forum nasional, tidak ada yang berminat mendengarkan ocehan nya. Terang saja, otak Jokowi jadi kemana-mana. Gelisah gundah gulana.
Kalau-kalau sempat diundang UGM untuk menjadi keynote speaker dalam sebuah seminar, khawatir ada yang berani bertanya, apa benar bapak pernah kuliah di UGM ini?. Masa iya teman-teman seangkatan bapak yang sama-sama hobi mendaki gunung dan aktif di Mapala pada mati semua. Masa iya bapak tidak punya cerita soal api unggun, atau mungkin genjrang genjreng gitar saat masih mahasiswa di UGM. Katanya bapak penggemar band Metallica. Ada fotonya.
Cerita dong Pak. Tanya mahasiswa yang baru kuliah beberapa semester. Kira-kira Jokowi akan ngarang cerita apa. Apa bisa Jokowi bercerita mengarang bebas seperti kebanyakan koleksi komik yang gemar dia baca. Seperti cerita komik Sinchan dan lainnya itu?.
Terang saja Jokowi tidak pernah bisa kemana-mana. Sama halnya dengan publik yang concern terhadap perilakunya yang aneh-aneh juga tidak pernah kemana-mana. Tetap perhatian pada Jokowi. Publik sayang pada Jokowi. Cuma Jokowi saja yang tidak sayang pada dirinya sendiri.
Itulah mungkin sebabnya Jokowi mengumpulkan Pengacara Geng Moelyono Hasibuan itu di istananya di Solo. Ceritanya silaturrahmi. Tapi jumpa persnya di doorstop mau mengambil langkah-langkah hukum terhadap orang yang menanyakan autentikasi ijazahnya.
Artinya yang kemana-mana itu Jokowi dan pengacaranya.
Dan publik tetap tidak kemana-mana. Hanya menunggu saja. Kapan Jokowi mau buka suara, atau mungkin kepleset bicara tanpa arahan pengacara nya.
Ada 100 am janji Jokowi yang juga tidak pernah kemana-mana, dan tidak pernah diwujudkan nya.
Jadi siapa yang kemana-mana, publik atau Jokowi?
Salam Fufufafa
(Budi Akbar)