Priyayi yang Islamis
Soekiman adalah seorang dokter, orang yang terlahir dari keluarga priyayi bukan santri, akan tetapi peserta Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) di bulan November 1946 antusias mendudukkan Soekiman di kursi Ketua Umum Masyumi.
Soekiman juga menorehkan catatan positif sebagai ketua umum Masyumi dimana partai tersebut bertambah secara kuantitatif, disegani kawan dihormati lawan lantaran sikap politiknya yang tegas menolak berunding dengan Belanda dalam hal dasar pengakuan kedaulatan RI.
Menariknya, saat menjadi perdana menteri, Soekiman juga didukung PNI (hal yang tidak didapat Natsir saat menjabat perdana Menteri). Selain PNI, Partai Kristen Indonesia (Parkindo), Partai Katolik juga Fraksi Demokrat mendukung langkah-langkah politik Soekiman. Pihak yang membenci Soekiman adalah PKI dan golongan kiri.
Perjalan Ideologi politik Islam Soekiman bukan tiba-tiba, ia menorehkan catatan panjang sebagai pejuang Islam sejak era pergerakan, saat berbagai penistaan Islam muncul di tahun 1930-an, Soekiman tampil melawan. Waktu itu ia baru saja menyelesaikan studi dokternya di Fakultas Kedokteran Universitas Amsterdam pada tahun 1927.
Soekiman juga dikenal sebagai pendiri Partai Islam Indonesia. Pada saat persiapan kemerdekaan Indonesia, Soekiman banyak merumuskan pandahan tentang hal Dasar warga negara.
Arti penting buku ini adalah mengungkap tabir peranan Soekiman Wirjosandjojo dalam pergerakan nasional. Sumbangannya begitu besar bagi berdirinya negara ini di tahun-tahun pertama pembentukannya, tulis Yusril dalam sambutannya dalam buku ini.
Soekiman memang tidak setenar pak Natsir, tapi ia istimea, sebab Soekiman adalah priyayi yang melanjutkan studi ke Belanda tapi tetap konsisten menempuh politik Islam sebagai jalan perjuangannya.
Bagi yang minat, silakan pesan. Harga Ramadhan Sale hanya untuk pemesanan sampai Senin 17 Maret 2024.
Harga dari Rp110.000 jadi Rp45.000
Minat wa.me/6281226036981
(Arif Wibowo)