Meski profesi sebagai KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda) banyak dibenci masyarakat Nusantara waktu itu, tetap saja banyak pribumi yang rela mendaftar. Mereka mendapat gaji rutin dari pemerintah kolonial, tunjangan, bahkan dana pensiun.
Meskipun tugas mereka sering kali membebani rakyat dan melindungi pejabat kolonial, profesi ini tetap diidamkan. Banyak gadis terpincut dengan ketampanan dan jaminan hidup prajurit KNIL, sementara para orang tua pun bangga jika anak mereka bisa menikah dengan seorang serdadu KNIL, karena dianggap menjamin masa depan.
Dari segi popularitas, masyarakat lebih suka Hansip. Ketika ditanya, “Mana yang lebih bagus, Hansip atau KNIL?” mayoritas akan menjawab Hansip karena mereka dianggap lebih dekat dengan rakyat.
Tapi begitu pertanyaannya diubah menjadi, “Lebih milih mana anaknya dilamar Hansip atau KNIL?” jawabannya langsung berubah: KNIL.
Alasannya sederhana, meski Hansip lebih dihormati, KNIL punya gaji besar, tunjangan, dan jaminan hidup. Jadi, soal pilihan hati dan masa depan, banyak yang akhirnya lebih realistis daripada idealis. (Ngopidiyyah)