Sebelum Tewas, Remaja di Asahan Diinjak-injak Perutnya oleh Polisi

Investigasi KontraS: Sebelum Tewas, Remaja di Asahan Dianiaya Polisi

Komisi Untuk Orang Hilang dan KontraS Tindak Kekerasan (KontraS) Sumatera Utara menginvestigasi kasus remaja bernama Pandu Brata (18) yang diduga tewas dianiaya polisi di Kabupaten Asahan.

Sebelumnya, pihak Polres Asahan membantah dugaan penganiayaan tersebut.

Berdasarkan investigasi KontraS, peristiwa bermula pada Sabtu (8/3/2025) pukul 22.00.

Awalnya, Pandu dan sembilan temannya sedang nongkrong di Warkop Agam Simpang Kawat di Jalan Durian, Asahan.

Setelah itu, menjelang tengah malam, rombongan tersebut membubarkan diri.

Namun, saat perjalanan pulang, rombongan Pandu melihat sekelompok pemuda berkumpul di pinggir jalan, tepatnya di area perkebunan PT Sintong, Jalan Perdamean, Asahan.

"Karena rasa penasaran, mereka mendekati kumpulan tersebut dan mendapati bahwa sedang berlangsung lomba balap lari," ujar Ady saat menggelar konferensi pers di Kantor KontraS yang berada di Jalan Eka Budi, Kota Medan, Senin (17/3/2025).

Lalu, ketika lomba balap lari hendak dimulai, sekitar pukul 00.30 WIB, beberapa polisi datang untuk membubarkannya.

"Tembakan peringatan pertama dilepaskan, menyebabkan massa berhamburan. Korban (Pandu) terpisah dari teman-temannya, dan hanya lima orang yang tersisa, termasuk korban, yang berboncengan dengan satu sepeda motor," ujar Ady.

Saat berboncengan lima dengan motor, Sahat, teman dari Pandu, berada di posisi terakhir.

Sedangkan Pandu di posisi keempat. Lalu polisi yang mengendarai motor mengejar Sahat dan teman-temannya.

"Oknum polisi tersebut berusaha menjatuhkan mereka dengan menendang saat berkendara," ujar Ady.

Saat dikejar polisi, Sahat memutuskan melompat dari sepeda motor dan melarikan diri.

Hal sama juga dilakukan Pandu yang ikut melompat. Namun saat melompat, dia justru tertabrak oleh motor oknum polisi tersebut.

"Setelah itu, oknum polisi menendang korban sebanyak dua kali," ujar Ady.

Kata Ady, dugaan penyiksaan yang dilakukan oknum polisi tersebut juga diketahui oleh warga di Kampung Perdamean, Sungai Lama, Asahan.

Warga sempat mendengar suara tembakan senjata api sebanyak tiga kali dan mendengar suara bising sepeda motor yang melaju kencang dari depan rumahnya.

Lalu, warga juga melihat Pandu dan rekan-rekannya dikejar oleh polisi menggunakan sepeda motor.

Selanjutnya, warga melihat Pandu jatuh di dekat pohon daun salam di sekitar pemukiman warga.

"Polisi menginjak dan menendang perutnya sebanyak tiga kali. Beberapa warga lainnya juga sempat mendengar suara teriakan Pandu meminta ampun dan meminta tolong saat kejadian tersebut," kata Ady.
Setelah kejadian itu, polisi sempat membawa Pandu ke puskesmas karena dia mengalami luka di pelipis mata dan mendapatkan jahitan.

Pandu kemudian sempat dirawat selama 30 menit.

Setelah mendapatkan perawatan dari Puskesmas, Pandu langsung dibawa ke Polsek Simpang Empat untuk diamankan.

"Di Polsek Simpang Empat, Pandu menjalani tes urine sebanyak dua kali. Hasil tes pertama menunjukkan negatif narkoba, namun hasil tes kedua tidak jelas. Namun, pihak kepolisian akhirnya menyatakan hasil positif narkoba," ujar Ady.

Saat berada di Polsek Simpang Empat, Pandu sempat menghubungi kakak dan beberapa keluarga, namun karena belum mendapatkan respons.

"Korban lalu mengirim pesan kepada temannya untuk segera dijemput karena ia mengalami sakit. 'Cepatlah...Jemputlah aku, perutku sakit kali,'" ujar Ady menirukan ucapan Pandu.

Baru, kata Ady, pada Minggu (9/3/2025) pukul 10.00, Pandu dijemput oleh keponakannya, Arlitua Manurung, dan temannya, Sahat.

Mereka membawa Pandu ke kos tempat Sahat tinggal.

Korban kemudian menceritakan bahwa ia ditabrak dan ditendang dua kali oleh oknum polisi tersebut.

"Korban mengeluhkan sakit perutnya," ungkap Ady.

Selanjutnya, Pandu dibawa ke rumah sakit, tetapi karena hari itu adalah hari Minggu, tidak ada dokter yang bisa menangani.

Pemeriksaan terhadap Pandu dilakukan keesokan harinya pada Senin (10/3/2025) pukul 07.00 WIB.

"Hasil rontgen menunjukkan terdapat bercak darah di ulu hati dan lambung korban yang mengindikasikan adanya pendarahan. Pada siang hari, kondisi korban memburuk, dan pada pukul 16.30 WIB, Pandu dinyatakan telah meninggal dunia," ujar Ady.

Terkait dugaan penganiayaan yang dialami Pandu, Kasi Humas Polres Asahan, Iptu Anwar Sanusi, mengatakan saat pihaknya tengah melakukan rekonstruksi untuk mengungkap kejadian sebenarnya.

"Ini sedang dilakukan rekonstruksi, nanti hasilnya akan kami sampaikan," ujar Sanusi saat dihubungi Kompas.com melalui telepon seluler.

Sementara itu, Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Yudhi Surya, sebelumnya mengatakan bahwa pihaknya turun tangan menyelidiki kasus ini.

"Polda Sumut akan memantau serta mengawasi proses penyelidikan yang dilakukan Polres Asahan," ujar Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Yudhi Surya dalam keterangan tertulisnya, Jumat (14/3/2024).

Kata dia, bila terbukti ada anggota polisi terlibat penganiayaan, pihaknya tidak segan melakukan proses hukum.

"Jika ditemukan adanya pelanggaran prosedur atau tindakan di luar kewenangan, maka akan diambil tindakan hukum tegas sesuai aturan yang berlaku," ujarnya.

Kronologi versi polisi

Sebelumnya, terkait dugaan penganiayaan yang dialami Pandu tersebut, Kasi Humas Polres Asahan, Iptu Anwar Sanusi, telah melakukan klarifikasi.

Kata dia, peristiwa berawal pada Minggu (9/3/2025) sekitar pukul 00.30 WIB.

Mulanya, pihak Polsek Simpang Empat mendapat informasi dari warga tentang adanya kelompok pemuda balap liar sepeda motor di Jalan Sungai Lama, Desa Perkebunan Hessa, Kecamatan Simpang Empat, Asahan.

Polisi langsung menuju lokasi kejadian.

Setibanya di sana, ditemukan gerombolan anak muda berjumlah kurang lebih 50 orang.

Polisi kemudian membubarkan gerombolan pemuda tersebut.

Selanjutnya, polisi melihat ada pemuda yang berboncengan empat menggunakan sepeda motor dengan kecepatan tinggi.

Saat itu, Pandu dibonceng paling belakang.

"Lalu, personel mencoba untuk memberhentikan para pemuda tersebut, namun para pemuda tersebut tidak mau berhenti dan tetap memacu sepeda motornya dengan zig-zag," ungkap Anwar dalam keterangan tertulisnya, Rabu (12/3/2025).

Saat pengejaran, Pandu tiba-tiba melompat dan terjatuh.

Polisi kemudian mengamankan Pandu.

Pada saat itu, kata Anwar, polisi melihat pelipis sebelah kanan Pandu terluka dan mengeluarkan darah.

"Selanjutnya, personel piket membawanya ke Puskesmas Simpang Empat untuk dilakukan tindakan medis," ujar Anwar.

Setelah lebih kurang 30 menit mendapat perawatan, polisi membawa Pandu ke Polsek Simpang Empat untuk proses pembinaan.

Lalu, kata Anwar, pihaknya juga sempat melakukan tes urine kepada Pandu, dan hasilnya Pandu positif mengkonsumsi narkoba.

"Kejadian ini dapat dibuktikan, semua kegiatan Pandu selama di Polsek juga terekam CCTV," ujar Anwar.

Lalu, kata Anwar, pada Minggu pukul 10.00, keluarga Pandu menjemput Pandu untuk pulang.

Anwar juga menegaskan selama proses penahanan pihaknya sama sekali tidak pernah menganiaya Pandu.

Anwar juga mengatakan, saat Pandu diserahkan ke keluarganya, pihak keluarganya juga mengetahui tidak ada luka lain di tubuh Pandu, selain di pelipis matanya.

(Sumber: KOMPAS)
Baca juga :