REFLEKSI SEJARAH DAN DINAMIKA PENEGAKAN SYARI'AT ISLAM DI SURIAH
Oleh: Abu Sumayyah
Mengikuti kabar yang terjadi di Suriah, diantaranya pro-kontra terkait perundang-undangan yang akan diberlakukan di sana, mengingatkan saya tentang peristiwa yang terjadi setelah sahabat Ali bin Abu Thalib radhiyallahu 'anhu diangkat sebagai khalifah menggantikan Khalifah Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu yang wafat akibat pembunuhan yang tragis oleh sekelompok orang. Saat itu kondisi negara sedang tidak baik, penuh dengan gejolak. Walhasil, masa kekhilafahan Ali pun tidak berjalan dengan mudah, muncul berbagai tantangan politik dan sosial, diantaranya tuntutan untuk mengadili para pembunuh Utsman.
Gubernur Syam, Muawiyah bin Abi Sufyan, yang memilihi hubungan kekerabatan dengan Utsman, menuntut agar Ali segera melakukan qishash terhadap para pembunuh Utsman. Muawiyah menggunakan tuntutan ini sebagai alasan untuk menolak memberikan baiatnya kepada Ali sebagai khalifah. Ia mengklaim bahwa keadilan harus segera ditegakkan terlebih dahulu sebelum ia mengakui kepemimpinan Ali. Namun, di sisi lain, Ali memiliki pandangan yang berbeda.
Ali menunda pelaksanaan qishash terhadap para pembunuh Utsman karena situasi politik sangat tidak stabil. Para pemberontak yang terlibat dalam pembunuhan Utsman masih memiliki kekuatan besar, dan bahkan sebagian dari mereka berada di dalam barisan pendukung Ali. Ali menyadari bahwa jika dirinya langsung mengambil tindakan terhadap mereka, hal ini bisa memicu perpecahan dan kerusakan yang lebih besar di kalangan umat Islam. Oleh karena itu, Ali memilih untuk memprioritaskan stabilitas dan persatuan umat sebelum penegakan qishash. Singkat cerita, akibat perselisihan dan kesalahpahaman ini hingga akhirnya berujung pada perang Shiffin.
Apa yang terjadi di Suriah hari ini, saya melihat kondisinya mirip sebagaimana saat Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khalifah. Satu pihak menuntut agar ditegakkan syariat Islam secara kaffah sesegera mungkin, sementara Ahmad Syara' dan jajaran kepemimpinannya berusaha menerapkannya secara bertahap atau dengan cara yang dianggapnya tidak terlalu frontal, mengingat banyak rakyat Suriah yang masih awam terkait Islam dan syariatnya, setelah dibodohkan lebih dari 50 tahun. Belum lagi, ancaman dari bekas loyalis Assad yang masih tersebar dimana-mana dan selalu membuat kekacauan dan provokasi, belum lagi dari kelompok-kelompok lain yang menang sejak awal tidak suka dengan kalangan jihadis.
Saya pribadi berusaha mengendapkan sikap husnudzon (berbaik sangka) atas apa yang dilakukan oleh pemerintahan Suriah di bawah kepemimpinan Ahmad Syara' Al-Jaulani saat ini. Dengan beberapa pertimbangan, diantaranya :
1. Ahmad Syara' Al-Jaulani adalah seorang mujahid dan pimpinan para mujahid yg tumbuh dari rahim AQ, berpengalaman dalam jihad selama bertahun-tahun, yang mengetahui betul tentang Islam dan syariatnya dan anti terhadap sistem demokrasi. Beliau orang yg penuh pertimbangan dalam memutuskan suatu perkara dan tidak grusa-grusu, tergesa2. Apa yg beliau dan jajaran kepemimpinannya putuskan tentu sudah dipikir secara matang dengan melihat situasi dan kondisi dalam negeri Suriah saat ini.
2. Menerapkan syari'at Islam secara kaffah dalam waktu singkat tentu bukanlah semudah berucap atau semudah membalikkan tangan, terlebih di tengah-tengah masyarakat bermacam kelompok, etnis, suku dan agama. Sebagaimana kita tahu bahwa rakyat Suriah dibodohkan tentang Islam dan syariatnya dalam waktu yang lama. Sebagai bukti, dulu ketika ISIS menguasai sebagian wilayah di Suriah kemudian langsung menerapkan syari'at Islam, apa yg terjadi? Rakyat secara umum tidak memberikan dukungan, banyak terjadi penolakan, hingga akhirnya mereka kalah dan tersingkir.
3. Saya melihat Suriah hari ini kondisinya jauh lebih baik daripada sebelumnya, saat dibawah kepemimpinan Assad, diantara buktinya:
a. Bebasnya puluhan ribu kaum muslimin yang berada dipenjara2 rezim Assad yang sangat mengerikan.
b. Kaum muslimin Ahlussunnah secara khusus, dan rakyat Suriah secara umum merasakan keamanan dan ketenangan yang lebih dibandingkan sebelumnya yang terus dilanda peperangan dan penindasan rezim.
c. Para panjahat rezim Asad sebagian besar telah dimusnahkan, sebagian dibunuh, sebagian dipenjara, dan sebagiannya lagi ketakutan melarikan diri.
d. Kalangan Syi'ah tidak bisa lagi melakukan aktivitas keagamaan mereka secara bebas, sebagaimana dulu mereka lakukan saat pemerintahan Basyar.
e. Dakwah dan pendidikan yang berbasis keislaman semakin tersebar luas di penjuru Suriah.
f. Para ulama Ahlussunnah bebas memberikan kajian-kajian keislaman dan khutbah di masjid-masjid tanpa ada yang memata-matai.
g. Polisi dan pasukan keamanan selain bertugas menjaga keamanan negeri, juga senantiasa meramaikan masjid-masjid, mendatangi majelis ilmu, dan menjalankan amal ketaatan, bahkan sebagian menjalankan shalat di pinggir jalanan saat bertugas.
h. Masjid-masjid ramai dengan jamaah, baik kalangan anak-anak, pemuda dan orang tua dan bisa dimaksimalkan fungsinya, diantara yang terlihat jelas yaitu Masjid Jami' Umawi.
i. Pemberantasan narkoba secara besar-besaran yang diproduksi pada masa rezim Assad.
j. Dan masih banyak lagi....
Saya katakan, "Jika Anda mengatakan bahwa Suriah lebih buruk dari sebelumnya, atau tidak ada kebaikannya sama sekali, maka jangan-jangan hati dan otak Anda bermasalah dan tertanam di dalam hati Anda kebencian dan kedengkian terhadap kaum muslimin di luar kelompok Anda..."
Adapun terkait dengan penegakan syariat Islam secara kaffah, saya berdoa kepada Allah Ta'ala agar Dia memudahkan pemimpin Suriah, Ahmad Syara' dalam menegakkannya suatu saat nanti dan senantiasa memberikan taufik kepadanya agar senantiasa berada di atas haq dan memenangkannya atas musuh-musuhnya.
(*)