Mereka datang Tarawih dengan mobil-mobil mewah...

Mereka datang terlambat. Setelah jama'ah bubar shalat tarawih mereka baru datang. Mereka terlambat bukan karena lalai, tapi karena mereka adalah para anak muda yang sudah punya pekerjaan. Selesai bekerja mereka tetap datang ke masjid dan membuat jama'ah shalat tarawih baru sesama mereka. 

Hebatnya, salah seorang dari mereka maju jadi imam dengan bacaan yang berkelas. Dan bacaan shalat mereka tetap sama dengan imam sebelumnya. Satu juz satu malam. Bukan sekedar lepas hutang. Bedanya, jama'ah dengan imam ratib tarawihnya 20 rakaat, sedangkan mereka 8 rakaat saja. 
Setiap dua rakaat mereka duduk dulu bicara ramah tamah, makan snek dan minum sambil membahas beberapa ayat yang dibaca waktu shalat sebelumnya. Betul-betul luar biasa. Setelah itu dilanjutkan i'tikaf sampai shubuh dan shalat tahajjud berjama'ah lagi sebelumnya. 
Hal lain yang membuat mereka luar biasa, ini bukan di negeri mayoritas muslim yang keislamannya kuat. Tapi ini di kota Brisbane (Australia) yang penuh kegemerlapan duniawi. Mereka juga bukan anak-anak pesantren yang khusus mempelajari ilmu agama. Mereka orang umum yang teguh memegang agamanya dan terus mempelajari syari'at Islam walaupun bukan di bangku sekolah atau kuliah formal. 

Satu lagi, mereka datang bukan dengan angkot atau gojeg, karena tidak ada di sini. Tapi mereka datang dengan mobil mewah mereka masing-masing. 

Inilah rupanya, ketika orang sudah nyaman dengan dunianya, dia punya kelapangan untuk merenungkan akhirat dan mengejarnya. Alangkah indahnya dunia bila ditundukkan untuk mencari redha Allah. Makanya Rasulullah sedih bila melihat ada di antara umatnya yang miskin.

(Zulfi Akmal)

Baca juga :