Kalau ada yang tanya ke saya mengenai tips anaknya masuk kedokteran atau minta saran FK apa yang bagus, selalu saya jawab, apa motivasi mereka masuk FK?
Saya hanya menyarankan anaknya masuk FK jika keluarganya kaya raya, atau jika sudah siap menderita.
Semenjak reformasi apalagi era BPJS, kesehatan adalah jualan politik para pejabat. Rakyat selalu dijanjikan kesehatan gratis, ini gratis itu gratis.
Makan siang gratis aja dampaknya efisiensi besar-besaran di banyak sektor, apalagi kesehatan gratis, pasti ada hal lain yang dipotong, salah satunya adalah renumerasi atau jasa medis ke tenaga kesehatan.
"TAPI dok, dokter di deket rumah saya rumahnya gede, mobil bagus? ... Coba dilihat itu dokter senior sebelum era BPJS? Kalau iya, jelas ๐๐ป"
"TAPI dok, dokter di klinik anu, masih muda baru lulus udah punya mobil? ... Coba diliat siapa bapak/ibu / kakaknya, mungkin mereka emang kaya, kan sekarang masuk FK itu muahal, hanya orang kaya yg bisa membiayai anaknya sekolah kedokteran, atau mungkin seperti dokter muda di lampung, baru lulus udah jadi pejabat, karena kakaknya dia Wakil Gubernur, atau ada teman saya baru lulus udah hidup enak, ya karena bapaknya petinggi partai, kakaknya juga kepala daerah. Ada juga junior yang bapak ibunya orang kaya, maka wajar dokter baru lulus udah punya mobil walau penghasilannya di bawah UMR"
Cari saja di YouTube banyak pengakuan dr. Tirta mengenai nasib dokter di Indonesia, berapa pendapatan mereka sehari-hari.
Lha wong dokter spesialis bedah aja dibayar cuma 100ribu buat operasi.
Maka saran saya, dengan sistem kesehatan yang ada saat ini, jangan memasukan anak ke kedokteran kecuali memang sudah berlebihan harta, bisa memback-up segala kebutuhan hidupnya jangka panjang.
Kecuali sistemnya sudah berubah.
(Teguh Imanuddin)