Masjid UI RIWAYATMU KINI

Masjid UI RIWAYATMU KINI

Oleh: Sabam Hasian Parmonangan Rajagukguk 

Dahulu kala, tepatnya sebelum pandemi Covid, Masjid UI dikenal sebagai Masjid Kampus yang penuh dengan kegiatan. Masjid UI bukan hanya sebuah tempat ibadah, tetapi juga tempat dimana gagasan keislaman saling bertemu dan beradu, baik diantara mahsiswa, dosen maupun warga UI lainnya. Tetapi, setelah Pandemi menghantam, Masjid UI mendadak sepi dari kegiatan. Rektor lewat surat edarannya meminta agar semua unit di UI menghentikan kegiatan offline, termasuk di antaranya kegiatan peribadatan.

Ternyata, pandemi dimanfaatkan oleh sejumlah ormas tertentu untuk memberangus kegiatan di Masjid UI. Mereka mendesak Rektor UI untuk menstelirisasi aksi-aksi radikal di Masjid UI, maksudnya mensterilisasi gerakan dakwah PKS dan HTI yang kabarnya tumbuh subur di Masjid UI. Ya kalian bisa tebaklah ormas mana itu ya? Wkkwkwkw (ormasnya yakut -red)

Masalahnya, desakan itu bukanlah desakan biasa tetapi dibeking oleh oknum aparatus negara yang sengaja ditugaskan di UI. Jadi, proyek ini bukanlah proyek biasa melainkan perpanjangan dari rezim saat itu, guna menghancurkan gerakan oposisi dari kelompok Islam di zaman itu. 

Stelirisasi masjid UI dimulai dengan melakukan profiling terhadap semua pengurus yang menurut pandangan subjektif mereka: Islam radikal, Islam progresif, ataupun oposisi religius yang bisa bersuara kritis kepada rezim. Bahkan pengurus masjid yang anggota Ormas itu sendiri juga bisa kena jika tidak sesuai dengan agenda deradikalisasi mereka. Beberapa nama yang dikenal punya dedikasi tinggi terhadap dakwah di kampus UI dieliminasi dari kepengurusan. Mereka dianggap bertanggung jawab atas tumbuh suburnya Gerakan Tarbiyah (PKS) dan HTI selama sebelum covid 19. 

Lalu setelah itu, pengurus masjid yang tak sesuai agenda mereka diganti dan dibersihkan. Lalu oknum ormas dibantu aparat ini mengambil alih kepengurusan masjid. Oknum ormas memasukkan orang-orangnya yang satu haluan untuk menjadi pengurus. 

Lucunya, banyak dari pengurus baru itu tidak mempunyai status sebagai dosen, mahasiswa maupun alumni UI. Bahkan, menurut informasi terpercaya, Masjid UI dipimpin langsung oleh pengurus cabang dari ormas tersebut.
Tujuan penggantian dan penunjukan pengurus baru itu berupaya 'menjaga' dan menangkal Masjid UI dari paham-paham radikal, alias oposisi religius ke rezim. Bahkan pengendali Masjid UI  saat ini mempunyai kedekatan dan akses yang mudah ke inintelijen. Sehingga kepemimpinannya di Masjid UI diyakini dapat mengawal proses sterilisasi Masjid dan Kampus hingga selesai. 

Tidak hanya itu, mereka juga memindahkan kantor Lembaga Dakwah Kampus Mahasiswa (LDK SALAM UI) dari Masjid UI ke Pusgiwa UI yang jaraknya sangat jauh dari masjid. Ini sungguh menggelikan karena LDK adalah motor kegiatan di Masjid. Jika mereka dipisahkan, ya akan berdampak pada kegiatan dakwah Masjid.

Akibatnya apa kawan? Ya masjid UI langsung sepi dari dinamika dakwah dan kegiatan mahasiswa. Tidak ada lagi pengajian, kajian, dan juga kegiatan dakwah yang ramai sebagaimana dahulu tercipta di masa-masa sebelum Covid. Bahkan, selama kegiatan Ramadhan pasca pandemi pun tidak lagi ramah seperti tahun-tahun sebelumnya.

Masjid UI Depok yang uang operasionalnya berasal dari Anggaran UI, malah diperlakukan seperti sekretariat ormas. Menurut keterangan dari beberapa staf di UI, banyak pengurus ormas itu melakukan kegiatan di UI atas izin pengurus masjid. Ini sungguh ironi, melihat kegiatan dakwah di masjid UI itu sendiri sudah berkurang.

Sterilisasi masjid UI di Depok makin terasa, karena banyak orang-orang berseragam aparat hilir mudik di kantor sekretariat Masjid. Bahkan sebagian mahasiswa mengaku, mereka pernah ditanyain orang asing ketika sedang berkumpul-kumpul membentuk lingkaran. Menurut keterangan pegawai, setiap bulan ada perwira aparat yang datang dan memantau keadaan Masjid.

Sterilisasi yang kabarnyadilakukan itu telah menebar teror mental khususnya kepada mahasiswa-mahasiswa muslim UI. Stigma radikal dan fundamentalis membayang-bayangi mereka yang ingin ke Masjid meski hanya sekedar beribadah. Akibatnya, kegiatan keislaman di Masjid UI mengalami penyusutan. Kebanyakan mahasiswa menganggap lebih baik mengikuti kegiatan pengmas atau kegiatan di fakultas masing-masing daripada di Masjid. 

Bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan, sterilisasi Masjid Kampus ini akan menghambat dakwah keislaman ke kalangan Mahasiswa. Tantangan keimanan mahasiswa di zaman ini sungguh berat, mereka digempur dari atas oleh pemerintah zalim dan dari bawah oleh ideologi-ideologi sekuler seperti liberalisme, sosialisme dan feminisme yang menggerus akidah mereka perlahan-lahan. 

Kabarnya, sterilisasi ini mengikuti pola kemalisme di Turki. Ini menarik mengingat salah seorang pengurus masjid UI adalah alumni Turki yang anehnya bukan alumni UI sama sekali. 

Dan sterilisasi ini bisa memberikan legitimasi kepada hilangnya matakuliah Agama Islam. Kabarnya, setiap 5 tahun sekali, beberapa dosen senior mengusulkan agar mata kuliah Agama Islam dihapus sebagai upaya efisiensi waktu penyelesaian pendidikan. Bukan tidak mungkin pula, dalam satu atau dua dekade ke depan, solat jumat di UI akan hilang dengan dalih sterilisasi UI dari paham radikal dan fundamentalis.(*)

Baca juga :