KENA TIPU
Oleh: Made Supriatma
Sritex adalah kenangan tersendiri untuk aktivis-aktivis Indonesia pada 1990an. Pada 11 Desember 1995 berlangsung aksi besar menuntut kenaikan upah dan perbaikan kondisi kerja di perusahan itu. Ribuan buruh turun ke jalan.
Aksi ini adalah buah pengorganisasian kelompok-kelompok aktivis. Waktu itu Partai Rakyat Demokratik (PRD) belum lahir ke dunia. Namun para aktivisnya bekerja berbulan-bulan mengorganisasi di bawah tanah.
Saat itu, rejim militer Orde Baru sedang represif-reprersifnya. Pemogokan itu dibernagus dengan segera. Ratusan aktivis ditangkap. Tentu saja babak belur. Ada beberapa orang disana yang saya kenal baik.
Penyair aktivis Wiji Thukul adalah salah satu yang terparah dipukul tentara. Ia kehilangan satu matanya saat demo itu karena popor bedil tentara. Saya ingat menengoknya di RS Dr. Yap di Yogya.
Sritex adalah perusahan tekstil besar. Ia mendapat order untuk membikin seragam tentara, polisi, hingga ke aparat-apaat birokrasi dan seragam sekolah. Tidak itu saja. Kabarnya ia juga membuat seragam untuk tentara Myanmar dan Kamboja.
Bisa Anda bayangkan perusahan sebesar itu dengan order dari negara sebesar itu bangkrut. Saya tidak tahu apa yang terjadi. Namun perusahan ini kabarnya dililit hutang yang jauh lebih besar dari asset.
Akibatnya lebih dari 10 ribu buruh dipecat. Dan, dari apa yang saya dengar, buruh-buruh ini menunggu pesangon yang akan dibayarkan kalau gedung-gedung dan mesin-mesin terjual. Mendengar itu saya langsung mengerenyitkan dahi. Itu bisa menunggu beberapa dekade hingga orang lupa.
Yang lebih menyakitkan adalah PHK ini terjadi di awal puasa. Sehingga itu membuat orang berpikir, "Oh, supaya mereka nggak bayar THR." Jadi, lebih baik PHK sekarang.
Kabar bahwa perusahan ini akan gulung tikar sudah terdengar lama. Para karyawan sudah lama gelisah. Mereka berusaha mencari perlindungan.
Dan, perlindungan yang paling sinis yang mereka dapatkan setahun lalu adalah ketika mereka mendukung putra Sri Mulyono Nipunegoro untuk menjadi wakil presiden. Dan bersama Mbah Wowo, mereka menang.
Namun, toh mereka di PHK. Kena tipu? Jelas. Siapa sih yang tidak terkena tipu daya dari orang-orang ini?
Sekarang bagaimana? Pekerjaan sulit didapat. Itu sudha jelas. Apalagi di daerah Solo dan sekitarnya.
Saya tidak memiliki data yang cukup. Namun dari cerita-cerita anekdotal sana sini yang saya dengar, ada banyak perusahan di wilayah Solo Raya yang gulung tikar selama 10 tahun terakhir ini.
Khususnya, ketika dinasti Nipunegoro ini berkuasa. Apakah ada hubungannya dengan kebijakan dinasti ini? Kita tidak tahu. Harus ada studi yang lebih mendalam untuk itu.
Jadi apa yan harus dilakukan oleh para buruh yang di PHK yang jumlahnya puluhan ribu ini? Berdemo ke Keraton Sumber? Tentu tidak ada artinya karena pekerjaan sudah hilang. Lagipula, demo butuh tenaga dan beaya.
Lagipula, Sritex ini hanya satu kasus. Di wilayah-ilayah lain seperti Cikarang dan pusat-pusat industri, PHK juga sedang marak terjadi.
Maaf, saya merasa sangat frustasi. Keadaan semakin hari semakin gelap.(*)