Jadi biang keroknya siapa...? PEMERINTAH!!!

KAPAN DUNIA PENERBANGAN INDONESIA BERES?

By AZWAR SIREGAR

Kemarin saya menonton Video di Youtube. Ada Anggota Dewan kita yang menyampaikan keheranannya. Kenapa tiket dari Jakarta ke Medan jauh lebih mahal daripada dari Jakarta ke Kuala Lumpur?

Padahal pesawatnya sama-sama Citilink.
Padahal jaraknya juga jauh lebih dekat dari Jakarta ke Medan daripada dari Jakarta ke Kuala Lumpur.

Sekarang kejadian lagi. Warga Batam yang mau mudik ke Jakarta lebih memilih terbang dari Malaysia daripada dari Batam langsung. Karena Penerbangan dari Batam ke Jakarta jauh lebih mahal daripada terbang dari Kuala Lumpur ke Jakarta.

Aneh kan?

Padahal jaraknya jauh lebih dekat dari Batam ke Jakarta, ketimbang dari Kuala Lumpur ke Jakarta. Selisihnya lumayan pulak!

Jujur saya sangat bingung mencari letak masalahnya.

Saya coba searching, ketemu beberapa alasannya di TEMPO. Tapi alasan ini benar-benar ngawur dan sebagai salah satu pelaku bisnis menurut saya cukup konyol.

Misal, alasan (1) Biaya Operasional tinggi. Kita sebut saja Bahan Bakar, Pemeliharaan Pesawat, Gaji Kru dan lain-lain
Tapi kan jadi konyol karena Pesawat yang dibandingkan adalah Pesawat dari Maskapai yang sama. Misalnya sama-sama Citilink. Bahkan jaraknya juga lebih jauh ke Kuala Lumpur ketimbang Kuala Namu.

Berarti BBM-nya lebih sedikit dong ke Kuala Namu. Tapi mengapa tiketnya lebih mahal?

Kalau cerita Pemeliharaan Pesawat, bukannya sama-sama di Apron Bandara Indonesia juga. Gajinya Kru-nya juga seharusnya lebih mahal penerbangan luar negerikan?

Sekarang alasan kedua, (2) Skala ekonomi. Katanya penerbangan Internasional memiliki kursi dan jam terbang lebih banyak. Tapi, lagi-lagi kan kita perbandingkan Pesawat yang sama.

Apa iya kalau ke Luar Negeri tiba-tiba badan pesawat dipanjangkan. Jadinya kursi lebih banyak lagi? Apa iya penerbangan ke Luar Negeri lebih sering ketimbang "trayek" lokal?

Jadi masih belum masuk diakal saya.

Sekarang kita analisa alasan ke (3) Kapasitas dan Permintaan.

Katanya ada rute yang ramai. Permintaan tinggi. Jadwal Penerbangan tidak sebanding dengan permintaan yang tinggi. Makanya harga tiket naik drastis.

Lah, ini benar-benar alasan konyol. Azas manfaat. Kalau ada rute yang benar-benar ramai, ya tinggal tambah jadwal penerbangan kan? Bukan malah azas manfaat dengan memeras masyarakat.

Perilaku seperti di atas tidak ada ubahnya dengan mafia penimbun minyak goreng dulu. Tapi ini yang dimainkan sektor jasa. Kita sebut saja mafia jasa penerbangan.

Sekarang alasan terakhir: Pajak dan Regulasi Pemerintah!

Nah ini yang berat. Menurut saya ini juga biang keroknya. Maskapai Penerbangan seperti diperas dengan berbagai macam pajak dan kutipan. Pajak Bandara, pajak BBM (avtur lebih mahal ketimbang diluar negeri), pungutan Jasa Penumpang, Pajak dan Iuran Wajib Penerbangan untuk Pemerintah.

Maskapai sendiri ngga mau pusing. Ya tinggal masukkan semua komponen beban tadi ke tiket. Beres sudah. Tinggal masyarakat yang jadi korban.

Jadi biang keroknya siapa...?

PEMERINTAH!!!

(fb)
Baca juga :