Dalam podcast-nya bersama Fitra Eri (seorang influencer papan atas di dunia otomotif Indonesia), Helmy Yahya menceritakan kesannya atas perkembangan industri mobil listrik di Cina, yang kini terdapat lebih dari 160 merek.
Kata dia, ada tiga hal yang membuat Cina dengan cepat merajai industri ini:
1. Prioritas pada pendidikan yang sangat kuat, khususnya dengan mengirimkan para pelajar Cina ke universitas-universitas besar di dunia, dan pulangnya difasilitasi dengan iklim peran yang baik.
2. Pemerintahan yang bersih, ditandai dengan hukuman mati bagi para koruptor. Ini prasyarat penting. Tanpa itu, apa pun langkah industrialisasi di Cina akan mentok.
3. Negara yang betul-betul hadir, dengan kebijakan dan regulasi yang menguntungkan bagi perkembangan industri. Bahkan ada merek mobil yang bisa dikembangkan oleh BUMN, dengan regulasi yang mendukung.
Ketika menyimak hal itu, saya membayangkan bahwa kondisi Indonesia tepat berseberangan dengan kondisi di Cina itu.
1. Prioritas pada pendidikan dan riset di negeri ini sangat rendah. Negara tidak menyediakan dana memadai bagi dunia pendidikan. Negeri yang penuh dengan SDM rendah tak akan bisa maju.
2. Pemerintahan yang jauh dari bersih. Korupsi masih terlekat dalam sistem keuangan dan sistem elektoral kita. Hukuman bagi para koruptor sangat ringan, bahkan secara sosial jauh lebih ringan daripada hukuman bagi pasangan yang tergerebek kumpul kebo di bulan Ramadlan. Korupsi tidak lah memalukan. Bahkan gerakan-gerakan mahasiswa bangga-bangga saja kalau ada seniornya di pemerintahan yang kaya mendadak. Alih-alih kritis, gerakan mahasiswa malah sibuk kirim proposal untuk pelatihan kader dasar, atau untuk kongres, tanpa peduli kekayaan seniornya berasal dari mana.
3. Negara tidak hadir. Negara cuma hadir dalam penempatan para timses dan pendukung presiden terpilih sebagai komisaris di beragam BUMN.
Jadi gimana?
(Abdul Gaffar Karim)