Fenomena Dedi Mulyadi, The Next Presiden?

FENOMENA KDM (Kang Dedi Mulyadi)

Oleh: Ustadz Budi Hidayat

Beberapa hari yang lalu saya bertemu warga Cirebon, Jawa Barat. Dia bercerita bahwa menyesal tidak mencoblos Dedi Mulyadi. Dia menyebut KDM sebagai "Bapak Aing". Padahal pilkada sudah lama digelar. Dan KDM sudah menang.

Warga lebih memilih KDM dibanding Ustadz Syaikhu (PKS). KDM menang mutlak 62%. Ustadz Syaikhu hanya meraih 18%. Jauh banget. Kenapa?

Dedi Mulyadi berhasil meraih simpati mayoritas rakyat Jawa Barat. Karena sudah membangun citra lama. Jauh sebelum Pilkada Jabar.

Simpati rakyat lebih kuat dibanding money politik. Juga lebih murah biayanya.

Saya menduga, Masyarakat sangat rindu pemimpin yang tegas, galak dalam menegakkan nurani keadilan. Tapi tetap menunjukan kelembutan kepada rakyatnya.
Tentu ditambah Tim konten kreator yang masif. Dan kreatif. Juga buzzer yang mereposting konten-konten itu. Dan itu terus berjalan walau KDM sudah memenangkan kontestasi.
Sementara itu Politisi dari kelompok Islamiyun tidak punya tim kreatif dan buzzer yang mumpuni. (plus tidak punya tokoh yang 'membumi')

Masyarakat suka dengan narasi, cerita. Tidak peduli itu asli atau palsu. Yang penting menghibur. Mampu membangkitkan emosi haru, simpati, decak kagum.

Tim media KDM sangat profesional. Sudut kamera selalu pas merekam ekspresi wajah KDM. Saat marah, tertawa, sedih. Tapi tetap terlihat natural.

Sementara itu Politisi Islamiyun tidak jago acting di depan layar. Juga tidak punya sutradara yang bagus. Entah ini kekurangan atau kelebihan. Tapi dalam dunia politik yang penuh siasat, bisa jadi ini kekurangan.

Karena hampir semua orang, apapun strata ekonominya, mereka punya hp. Alat komunikasi, sekaligus alat propaganda bagi siapa yang bisa memanfaatkannya.

Jangan heran Artis & Komedian sukses terjun di dunia politik. 

Orang-orang yang serius heran: Kok bisa ya?

(*)
Baca juga :