Buzzer PIK 2 Dibayar Puluhan Juta

Oleh: Gufroni
(Ketua Riset LBH-AP PP Muhammadiyah, Dosen Fak. Hukum Universitas Muhammadiyah Tangerang)

Dalam kerja-kerja advokasi saya tidak lagi melibatkan organ mahasiswa. Kecuali ada satu dua mahasiswa. Itu pun yang dianggap masih lurus. Di kelas-kelas saya tidak mengajak mahasiswa lawan oligarki. Percuma. Sayapun sudah malas diundang di forum diskusi mahasiswa.
Sebabnya, sudah banyak yang terindikasi antek Aguan. Awalnya mengaku aktivis. Mau gabung advokasi lah. Mau ketemu Said Didu lah. Aksi sekali dua kali lawan oligarki, ujung-ujungnya Jadi buzzer pendukung PIK 2. Dibayar puluhan juta. 

Ada juga saya dituduh tidak akan lama melawan PIK 2. Nanti juga balik kanan membela Aguan. Itu ada di group WA mereka. 

Alumni yang berprofesi advokat pun justru menjadi pengacara oligarki dan aparat pemerintah (baca: desa) pro Aguan. Meski malu-malu memperlihatkan diri. Dengan alasan profesional. Padahal idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki anak-anak muda. Pun seorang advokat. 

Kampus tempat saya mengabdi pun coba didekati untuk bisa terima CSR PIK 2 melalui program beasiswa 100 mahasiwa. Tidak ada makan siang gratis, pasti ada konsekuensinya. Kampus akan tersandera. PP Muhammadiyah pun sudah didekati untuk framing saya punya kepentingan pribadi dan dendam kesumat. 

Apakah ini dalam upaya membenturkan saya dengan mereka dan pimpinan kampus? Atau pembusukan dari dalam?

(fb)
Baca juga :