Benarkah Bangsa Palestina Orang Arab?
Oleh: Fitriyan Zamzami (wartawan Republika)
Salah satu propaganda yang jarang kita sadari adalah penyebutan Bangsa Palestina sebagai etnis Arab. Tanpa kita sadari, ini memberi legitimasi bagi Zionis untuk merebut tanah mereka dengan anggapan bahwa etnis Arab baru-baru saja datang ke wilayah tersebut seiring penaklukkan Islam.
Berbagai penelitian genetika menunjukkan bahwa gen Arab hanya sebagian kecil di antara yang mengalir di darah orang Palestina. Sebaliknya, gen inti mereka adalah warga tempatan, warga Judea dari zaman nabi-nabi kuno yang tak pernah kemana-mana.
Shlomo Sand dalam bukunya “The Invention of the Jewish People” menerangkan bahwa etnis tempatan di Israel yang beragama Yahudi, terutama kalangan petaninya, secara bertahap menjadi Muslim selepas penaklukkan Islam pada abad ke-7.
Argumen utamanya, penakluk Arab dan Islam tak pernah melakukan kolonialisme pemukim. Etnis utama di tanah yang dibebaskan tak pernah disingkirkan. Orang Iberia tetap mayoritas di Spanyol, orang Persia tetap mayoritas di wilayahnya, demikian juga di anak benua India, sampai ke Asia Tenggara. Menjadi Muslim, sejarah membuktikan, tak pernah seiring dengan menjadi Arab secara genetis, meski secara kultural dan linguistik mungkin lain cerita.
Para penghulu Zionis bahkan mengiyakan hal ini pada awalnya Ben Gurion berharap, “saudara darah daging” ini bisa dikembalikan ke budaya dan agama Yahudi serta kemudian terbuka menerima Zionisme. Pada 1929, ternyata tidak! Warga Muslim dan Kristen Palestina menolak negara buatan yang khusus bagi etnis Yahudi tersebut. Sejak itu demarkasi demografi dipropagandakan. Para imigran Yahudi dari Eropa mengkampanyekan merekalah darah murni Bani Israil yang punya hak kembali meski tes genetik dan telaah sejarah mengindikasikan mereka lebih banyak dialiri gen Khazar dari wilayah Kaukasus di Eropa…