ANCAMAN DAN TANTANGAN PEMERINTAHAN BARU SURIAH HADAPI ISRAEL
Oleh: Mahmoud Aloush (Analis Al-Jazeera)
Suriah meski telah berhasil menumbangkan Rezim Assad, kini Suriah menghadapi masalah baru berupa perpecahan. Untuk itu Ahmad Asy-Syaraa, telah mengambil tiga langkah penting menuju penyatuan kembali Suriah dan menghadapi upaya pemecahannya.
Langkah pertama, ia menggagalkan pemberontakan loyalis Assad, Pemberontakan ini bertujuan untuk menjatuhkan pemerintahan baru dan memicu peran internal. Langkah kedua yakni membuat kesepakatan dengan SDF untuk mengintegrasikannya ke dalam negara baru. Langkah ketiga adalah mencapai kesepakatan dengan warga dan tokoh berpengaruh di Provinsi Suwayda di selatan agar mereka sepenuhnya bergabung dengan institusi negara.
Namun, masalah di selatan Suriah tetap menjadi tantangan besar bagi Suriah. Netanyahu, pada 23 Februari lalu telah mengumumkan tujuan strategis Israel di Suriah. Tujuan-tujuan ini mencakup empat target jangka menengah dan panjang:
1. Israel ingin kehadirannya di Suriah diterima oleh dunia internasional, dengan dalih mencegah ancaman jangka panjang yang ditimbulkan oleh pemerintahan baru Suriah, ia akan berupaya mencari celah untuk mendapatkan pembenaran menduduki wilayah Suriah Selatan.
2. Demi memuluskan rencana, Israel berupaya menciptakan perpecahan di kalangan Druze agar berjarak dengan pemerintahan baru Suriah. Untuk itu itu Israel akan mencoba mendekati dan memberikan janji-janji manis palsu agar Druze luluh dan berani memberontak kepada pemerintahan baru Suriah. Setelah memberontak, Israel akan tampil sebagai pelindung Druze dengan kata lain Israel menemukan alasan untuk menyerang Suriah.
3. Menghancurkan Sisa-Sisa Aset Militer yang Kini Dimiliki Pemerintah Suriah, tujuan ini dimaksudkan untuk melemahkan kemampuan militer negara Suriah pasca kejatuhan rezim Assad, sehingga menghambat upayanya dalam mengontrol seluruh wilayahnya dan menghadapi tantangan keamanan domestik. Tantangan-tantangan ini datang dari berbagai pihak, seperti SDF, loyalis Assad di pesisir. Strategi ini juga termasuk dalam upaya “Israel” untuk mendorong separatisme di berbagai wilayah agar otoritas pusat di Damaskus semakin lemah.
4. Menghambat Pengaruh Turki di Suriah, Israel memiliki tujuan untuk membatasi kemampuan Turki dalam memanfaatkan perubahan di Suriah guna memperkuat perannya di kawasan dan bersaing secara geopolitik dengan “Israel” di Timur Tengah.
Untuk itu, “Israel” menjalankan beberapa strategi secara bersamaan. Selain mencari pengaruh di kalangan Druze di selatan, “Israel” juga berusaha mendiskreditkan pemerintahan Suriah yang baru agar tidak mendapatkan pengakuan internasional.
“Israel” menekan pemerintahan Amerika Serikat yang dipimpin Donald Trump untuk tidak mengakui Presiden Asy-Syaraa, serta memastikan sanksi terhadap Suriah tetap diberlakukan sebagai alat tekanan. Lebih jauh, “Israel” juga mendorong Washington agar mempertahankan kehadiran militer Rusia di Suriah dengan alasan bahwa itu diperlukan untuk menyeimbangkan pengaruh Turki.