🚨 Adanya berbagai syarat yg diterapkan platform, membuat mayoritas pengemudi online hanya menerima BHR terendah, yaitu sebesar Rp 50 ribu!
APOB, SPAI, & organisasi ojol lain mendesak Kemnaker & platform menerapkan BHR secara adil. Saat ini lebih dari seribu aduan sudah masuk.
Syarat yg diskriminatif ini mencakup:
1. Jumlah trip, jam dan waktu kerja dalam periode tertentu
2. Tingkat penerimaan order
3. Kepatuhan pada aturan platform
SPAI menyebut syarat ini hanya akal-akalan perusahaan agar bisa menghindari pembayaran THR secara adil.
SPAI mendesak agar THR diberikan kepada semua pengemudi tanpa syarat, dengan besaran minimal 20% dari rata2 pendapatan per bulan sesuai surat edaran Menaker.
Sebab, para pengemudi online ini telah berkontribusi pada keuntungan platform sepanjang tahun.
📞 Posko Pengaduan THR Ojol yang dikelola SPAI, WA: 081511982590.
Jika merasa hak BHR tak dipenuhi, segera laporkan! ✊
Perusahaan teknologi sering membanggakan "inovasi", tapi kalau hanya mencari celah agar tak perlu membayar hak pekerja, itu bukan inovasi—itu eksploitasi.
(@arifnovianto_id)
🚨 Adanya berbagai syarat yg diterapkan platform, membuat mayoritas pengemudi online hanya menerima BHR terendah, yaitu sebesar Rp 50 ribu!
— Arif Novianto (@arifnovianto_id) March 23, 2025
APOB, SPAI, & organisasi ojol lain mendesak Kemnaker & platform menerapkan BHR secara adil. Saat ini lebih dari seribu aduan sudah masuk.
Miris ga lu dapet THR 100.000 dibela2in panas2an hujan hujan2an dijalanan selama setahun..
— Ayahnya Pangeran (@fat_bry) March 23, 2025
Terus lu di gashlighting disuruh terima kasih ke pemerintah, yang ngelindungi hak warganya dapat pendidikan yg layak aja ga mampu.
Ini ga perlu S3 keluar negeri sih buat paham hal bginian https://t.co/Yvv1ur09i7