Orang Saudi dan Subsidi (Fakta Menarik)

Orang Saudi dan Subsidi

Oleh: Hartono Subirto (WNI di Saudi)

Tersebutlah di negara awan, berjejer antrian orang untuk membeli "gas subsidi" yang tidak boleh lagi dijual oleh pengecer. Tersebutlah di negara awan orang-orang ribut terkait aturan baru membeli "BBM bersubsidi" yang harus menggunakan barcode. Dan masih banyak tersebut-tersebut lainnya yang selalu menjadi polemik bagi kebanyakan masyarakat di negara awan. Polemik, keributan bahkan keresahan itu terjadi karena satu kalimat "agar tepat sasaran".

Teman kantor saya orang Saudi, sekitar 7 tahun lalu terlihat sangat gembira. Karena setelah sekian lama dia menunda pernikahannya, akhirnya bisa terlaksana juga. Satu hal yang membuat dia tidak menunda lagi, karena pemerintah negaranya pada tahun itu mengeluarkan kebijakan memberikan "subdidi perumahan" bagi rakyatnya. 

Ya, di negara ini, jangankan untuk kebutuhan primer, kebutuhan sekunder bahkan tertier saja, kalau memang harus disubsidi maka pemerintah akan memberikan subdidi. 

Lalu bagaimana soal tepat sasaran? Nah disinilah bedanya subsidi di negeri awan dan di Saudi. 

Kalau di negeri awan, diusahakan sesedikit mungkin orang yang menerima subsidi, kalau di Saudi pemerintahnya justru memberikan subsidi kepada semua rakyatnya tanpa ada batasan-batasan. 

Oleh karena itu, pemerintah Saudi terus berinovasi dalam mendapatkan pendapatan negara agar terus bisa menambah kebutuhan-kebutuhan yang belum tersentuh subidi. 

Bagi yang tinggal di Saudi ataupun bagi yang pernah ke Saudi pasti tahu, walaupun Saudi secara geografis adalah negara tandus, namun tidak pernah kekurangan dengan berbagai macam buah-buahan. Harga buah-buah itu selalu sama tidak mengikuti musim. Itu karena subsidi dari pemerintah.

Lalu, apakah orang Saudi jadi manja karena subsidi dari pemerintah? Sepertinya tidak. Rumah sakit swasta yang non subsidi tetap full kapasitas, padahal ada rumah sakit pemerintah gratis karena subsidi. Sekolah swasta tetap banyak peminat padahal ada sekolah pemerintah yang gratis. Bagi yang mampu, mereka dengan sukarela membeli mobil non subsidi yang kelasnya diatas mobil bersubsidi. 
Pernah saya tanya teman Saudi yang Allah berikan banyak kekayaan, mengapa dia tidak menggunakan berbagai subsidi dari pemerintah padahal tidak ada aturan pemerintah yang membatasi. 

Teman saya menjelaskan ada dua hal, pertama karena teman saya merasa berkecukupan, yang kedua adalah karena sistem pendataan di Arab Saudi sudah sangat akurat, maka apabila kita berkecukupan namun dalam data kita diketahui masih menggunakan fasilitas subsidi, walaupun tidak akan ada sangsi dari pemerintah, namun dia tidak ingin nama baiknya terganggu dalam data milik pemerintah. Kita ketahui, orang Saudi adalah orang yang sangat menjunjung tinggi nama baik pribadi dan keluarga.

Saya tidak mengerti tentang tatakelola keuangan negara, namun apa yang saya alami di Arab Saudi adalah bagaimana pemerintah negara ini sangat ingin memanjakan rakyatnya dengan subsidi. 

Dana untuk subsidi tentu didapat dari penerimaan negara lewat berbagai sektor. Maka tugas pemerintah yang harus mencari solusi apabila dana untuk subsidi bertambah, bukan dengan bermain dengan batas membatasi. 

Orang tidak mampu berhak menerima subsidi, namun orang mampu juga berhak menerima subsidi karena mereka telah memenuhi semua kewajiban mereka kepada negara sebagai orang mampu. Mereka mampu atas usaha mereka bukan usaha negara. Namun bagi orang mampu yang mempunyai harga diri, akan memilih tidak menikmati fasilitas subsidi itu karena ada nama baik yang harus di junjung tinggi. 

Alhamdulillah sepanjang yang saya tahu, pemerintah Saudi selalu mendapatkan solusi-solusi untuk menambah subsidi untuk rakyatnya dengan berbagai inovasi yang mereka lakukan. 

Mungkin selain menjaga nama baik keluarga yang selama ini memerintah Saudi, mereka juga akan menganggap sebuah pemerintahan akan gagal apabila tidak bisa memanjakan rakyatnya dengan berbagai kemudahan. 

Lalu adakah subsidi yang sebelumnya ada kemudian dihapus? Ya ada, sekali lagi penghapusan itu berdasarkan data yang menunjukkan bahwa tanpa subsidi program itu bisa berjalan dengan normal. 

Sebagai praktisi IT, saya sangat kagum dengan perencanaan dan pelaksanaan system data negara ini.

Saya bukan ahli agama, namun guru saya orang Saudi, pernah menyampaikan tentang ciri-ciri suatu bangsa yang Allah azab. Salah satu cirinya adalah kehidupan rakyat sebelumnya lebih baik dari rakyat saat ini. 

Beliau menafsirkan ayat 16 dalam surat As-Saba, tentang bagaimana kehidupan kaum Saba yang penuh dengan kenikmatan lalu Allah ganti dengan kepahitan-kepahitan. 

Maka apabila kita sering berujar bahwa hidup pada era dahulu lebih enak dari era sekarang, maka sebenarnya Azab Allah sedang berjalan atas kita, wallahu a'lam

Alhamdulillah, bagi saya pribadi walaupun ada juga hal saya tidak setujui, namun era Saudi saat ini lebih baik dari era Saudi sebelumnya.

Salam.

(06/02/2025)

*fb penulis

Baca juga :