Otoritas Penyiaran Israel:
Netanyahu berada dalam posisi politik yang rumit.
Salah satu komitmen Netanyahu kepada para menteri kabinet adalah bahwa setiap langkah menuju tahap kedua kesepakatan hanya akan terjadi dengan persetujuan kabinet.
Netanyahu telah berjanji bahwa tidak akan ada tahap kedua kesepakatan tanpa membubarkan Hamas—sebuah janji yang mungkin sulit ditepati.
Pesan yang datang dari AS menunjukkan bahwa Trump ingin kesepakatan dilanjutkan dan lebih banyak tahanan dibebaskan.
Netanyahu mencoba menyeimbangkan tekanan Washington dengan tuntutan kabinet (yang semakin memperumit posisi politiknya dalam pemerintahannya).
***
Proses Negosiasi Gencatan Senjata Tahap 2 di Ujung Tanduk
Lancarnya proses pembebasan dan pertukaran sandera-tawanan belum menjadi jaminan proses negosiasi gencatan senjata tahap 2 bakal berlangsung mulus. Merujuk The Guardian, Minggu (9/2/2025), proses pembicaraan gencatan senjata tahap 2 diharapkan segera digelar pekan ini. Akan tetapi, hingga saat ini belum ada rincian mengenai status pembicaraan tersebut.
Sebelumnya, Sabtu kemarin, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memerintahkan tim negosiasi Israel bertolak ke Doha, Qatar. Mereka berangkat seusai pertukaran sandera-tawanan sesi kelima.
”Dengan selesainya tahap pembebasan, Perdana Menteri Netanyahu telah menginstruksikan pengiriman delegasi negosiasi ke Doha untuk membahas rincian teknis perjanjian tersebut,” kata Kantor Perdana Menteri Israel. Selain itu, disebutkan, Netanyahu akan menggelar rapat kabinet keamanan untuk membahas negosiasi gencatan senjata tahap 2 serta kesepakatan pembebasan sandera.
Namun, Hamas belum sepenuhnya yakin dengan langkah Israel. Sebagaimana diberitakan, pekan lalu, proses awal pembicaraan itu sempat tertunda lantaran tim negosiasi Israel belum hadir. Sebaliknya, tim negosiasi Hamas telah berada di Doha sejak Selasa lalu.
Dalam wawancara dengan kantor berita Agence France-Presse (AFP), Sabtu (15/2/2025) kemarin, anggota biro politik Hamas, Basem Naim, mengatakan, Hamas sejatinya telah siap memulai dialog tahap kedua Senin lalu. Namun Israel memutuskan menundanya. Hingga saat ini, belum ada tanggal pasti kapan dialog untuk kesepakatan gencatan senjata tahap 2 dimulai.
”Apa yang kita lihat dari penundaan dan kurangnya komitmen dalam melaksanakan tahap pertama dan upaya untuk menciptakan lingkungan politik, internasional, diplomatik, dan media untuk menekan negosiator Palestina saat memasuki tahap kedua, tentu saja membahayakan perjanjian ini dan dengan demikian perjanjian ini mungkin akan terhenti dan runtuh,” kata Basem Naim, anggota biro politik Hamas dalam wawancara dengan kantor berita Agence France-Presse (AFP), Sabtu kemarin.
Naim mengatakan, kesepakatan gencatan senjata sangat rapuh. Sikap Netanyahu yang masih berniat melanjutkan perang, akan ditanggapi dengan tepat oleh kelompok pejuang Palestina.
”Namun, kembalinya perang tentu bukan keinginan atau keputusan kita. Namun, jika salah satu pihak memutuskan kembali berperang, tentu saja rakyat Palestina, kami yang telah bertahan selama 15 bulan dan memiliki semangat perlawanan di hati akan siap untuk menanggapinya dengan tepat,” kata Naim.
Sementara itu, sebagaimana telah diberitakan, PM Netanyahu telah mengeluarkan sinyal, Israel bisa sewaktu-waktu melanjutkan perang meski masih ada sandera Israel yang belum dibebaskan.
”Kita tidak akan mengabaikan apa yang terjadi. Kita akan mengambil tindakan yang diperlukan,” kata Netanyahu.
"Kita akan melakukan apa pun untuk membebaskan para sandera, tetapi tidak ada Hamas di sana,” kata Netanyahu seusai pembebasan sandera, Sabtu (15/2/2025).
BUALAN SETANYAHU INI (MELENYAPKAN HAMAS) SUDAH TERBUKTI GAGAL DALAM PERANG 15 BULAN.
SEKARANG DIA MEMBUAL LAGI.