Mimpi Basah Prabowo Subianto

Mimpi Basah Prabowo Subianto

By Hara Niankara

Prabowo Subianto mengatakan keinginannya untuk kembali melakukan retreat pada tahun 2026 mendatang, jika memungkinkan. 

Pernyataan itu tentu membuat saya gusar, “Apa yang sedang Prabowo cari?”. 

Jika ia menginginkan satu komando, tegak lurus, atau kesamaan visi misi setelah melakukan retreat, yang jadi pertanyaan: kenapa Bahlil membuat kebijakan tentang peredaran gas LPG 3 Kg yang malah membuat chaos?
Selain itu, tidak cairnya tukin dosen yang memicu aksi protes #IndonesiaGelap juga terjadi setelah adanya retreat, yang menandakan, tidak ada pengaruhnya sama sekali program retreat terhadap kinerja dan kesamaan visi-misi Menteri. 

Kenapa saya berani bilang demikian? Karena sampai detik ini, saya kesulitan menemukan jurnal ilmiah yang membahas hal serupa. Lantas jika tidak ada rujukan pasti terhadap program retreat terhadap kinerja maupun visi-misi Menteri, untuk apa Prabowo memaksakan program itu? Di sisi lain, program retreat menelan anggaran Rp 13 miliar rupiah di tengah pemangkasan anggaran. Apakah hal tadi masuk akal?

Berawal dari pertanyaan-pertanyaan seperti di atas, membuat saya akhirnya bertanya, “Apakah ada yang salah dengan gaya kepemimpinan Prabowo?”.

Pada esai kali ini, saya akan mencoba untuk mengulas gaya kepemimpinan Prabowo dengan beberapa pendekatan teoritis, sehingga, bisa membuat publik menilai tentang sosok Presiden yang sedang memimpin negara ini hingga 2029 nanti.

SIMAK SELENGKAPNYA...

👇👇
Baca juga :