[PORTAL-ISLAM.ID] TEL AVIV – Mantan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengakui bahwa pasukan Israel (IDF) diperintahkan untuk menerapkan Protokol Hannibal—protokol kontroversial yang menyerukan pembunuhan tawanan bersama dengan penculiknya—selama serangan di Gaza.
Dalam wawancara pertamanya pada Kamis (6/2/2025) sejak dipecat oleh Perdana Menteri Netanyahu pada November 2024, mantan menteri pertahanan Israel Yoav Gallant mengakui Protokal Hannibal dikeluarkan selama serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober di selatan Israel.
Doktrin kontroversial tersebut memungkinkan militer Israel untuk menggunakan semua kekuatan yang diperlukan untuk mencegah tentara Israel ditangkap dan dibawa ke wilayah musuh –termasuk tindakan yang akan menyebabkan kematian para tawanan tersebut. Gallant mengakui memerintahkan protokol kontroversial yang melibatkan pembunuhan tawanan bersama dengan penculiknya
"Saya pikir secara taktis di beberapa tempat [Protokal Hannibal] [diizinkan], di tempat lain tidak, dan itu menjadi masalah," katanya kepada Channel 12 Israel pada 6 Februari seperti dikutip The Cradle, memberikan konfirmasi langsung pertama oleh seorang pejabat senior Israel.
Israel mengklaim Hamas menewaskan sekitar 1.100 warga sipil dan tentara Israel selama serangannya terhadap permukiman dan pangkalan militer Israel pada 7 Oktober 2023 sebagai bagian dari Operasi Banjir Al-Aqsa.
Namun, pasukan Israel dilaporkan menewaskan sejumlah besar warga sipil dan tentara mereka sendiri selama serangan itu (akibat menerapkan Protokal Hannibal).
Tentara Israel mengirimkan helikopter serang Apache, pesawat nirawak, dan tank ke wilayahnya sendiri untuk menanggapi serangan itu, yang menewaskan tidak hanya pejuang Hamas tetapi juga warga sipil dan tentara Israel yang berusaha ditawan oleh pejuang Palestina untuk dibawa kembali ke Gaza pada 7 Oktober 2023.
Helikopter Israel juga menewaskan warga sipil Israel di festival musik Nova, yang berlangsung di dekat pangkalan militer Israel Re'im pada 7 Oktober 2023.
Tahun lalu, sebuah investigasi oleh surat kabar Israel Haaretz menuduh bahwa Protokal Hannibal disebarkan di tiga fasilitas militer selama serangan 7 Oktober, di mana 1.139 warga dan tentara Israel tewas dan 251 lainnya dibawa ke Gaza sebagai tawanan.
Namun, perintah Israel gagal membedakan antara tentara yang ditangkap dan warga sipil. Sebuah laporan yang didukung PBB menyebutkan jumlah total warga sipil dan tentara yang tewas akibat tembakan Israel hari itu lebih dari selusin.
Gallant menyampaikan komentar itu dalam wawancara pertamanya sejak diberhentikan sebagai menteri pertahanan pada November.
Mantan menteri pertahanan itu juga mengatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata saat ini dengan Hamas di Gaza, hampir identik dengan usulan sebelumnya yang Hamas bersedia setujui pada April tahun lalu.
Gallant menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan kabinetnya menunda kesepakatan gencatan senjata. Ia menambahkan bahwa jika Netanyahu menyetujuinya saat itu, Israel dapat membawa kembali lebih banyak tawanan hidup sambil membebaskan lebih sedikit tahanan keamanan Palestina, kata Gallant.
Banyak dari 251 tentara dan warga sipil Israel yang berhasil ditawan oleh Hamas kemudian tewas akibat serangan udara Israel dan tembakan dari tentara Israel.
"Saya pikir pemerintah Israel tidak melakukan semua yang dapat dilakukannya untuk memulangkan para sandera," kata Gallant.
Pada Januari, jenderal tertinggi Israel, Herzi Halevi, mengundurkan diri. Ia mengutip "kegagalan mengerikan" keamanan dan intelijen terkait dengan serangan Hamas.