Oleh: Ustadz Abdul Wahab Ahmad
Dulu saya pernah diminta khutbah Jum'at di masjid yang dikelola oleh Polisi. Ada salah satu jamaah polisi duduk lurus beberapa shaf di depan mimbar yang sepanjang khutbah selalu menundukkan kepala. Dia tidak tidur, memang sepertinya tidak mau mengangkat wajahnya. Khusyuk sekali dia itu, bisik batin saya.
Setelah pulang saya teringat peristiwa seminggu sebelumnya ketika saya punya urusan di kepolisian tersebut. Waktu itu saya dimintai tolong seorang keluarga untuk mengambil mobilnya yang sebelumnya ditahan di sana sebagai barang bukti setelah mengalami kecelakaan.
Pimpinan Polisi bagian lalu lintas di sana ramah, tanpa waktu lama saya langsung diberi selembar kertas izin pengambilan barang bukti yang diminta agar diberikan ke petugas bagian jaga mobil kecelakaan.
Sesampainya di lokasi pengambilan mobil, saya berikan kertas izin tersebut ke petugas jaga di ruangannya. Petugasnya diam hanya membolak balik kertas yang cuma selembar itu di atas meja.
Dia bilang: "Hanya ini pak kertasnya?".
Saya bilang: "Ya, cuma dikasih itu saja, Pak. Katanya disuruh berikan ke sini".
Dia diam lagi sambil memandang kertas itu dan membolak baliknya beberapa kali.
Saya tanya, apakah ada yang kurang berkasnya?
Dia bilang, "Nggak sih, tapi apa cuma ini saja?"
Saya bilang lagi kalau cuma dikasih itu tadi.
Akhirnya dengan ekspresi agak keberatan, kunci mobil pun diberikan dan langsung saya bawa ke bengkel.
Sesampainya di rumah, saya saat itu mengira-ngira apa makna "apa cuma ini kertasnya?" yang diulang ulang petugas itu.
Saya yang masih polos itu lupa kalau di negara kita ini banyak yang harusnya gratis ternyata di lapangan perlu bayar, bayar, bayar. Yah, kayak kata Sukatani itu lah kurang lebihnya.
Ketika saya ceritakan drama ini ke seorang teman, dia keheranan kok bisa saya ngambil mobil di sana gratis sebab setahu dia biasanya perlu ngasih sejumlah duit (lumayan banyak) agar boleh dibawa. Dugaan saya terkonfirmasi.
Nah, setelah diingat-ingat, kayaknya petugas itu adalah jamaah yang selalu menunduk pas saya khutbah seminggu kemudian itu tadi.
๐