Seorang ustadz membanting HP Santri hingga rusak, lalu ayah santri datang ke pondok minta ganti rugi, NAMUN ENDINGNYA MENGHARUKAN

[PORTAL-ISLAM.ID]  Para pengasuh lembaga pendidikan Islam, saya sarankan untuk follow Ustadz Wahab Rajasam hafizhahullah. Beliau banyak sharing masalah di pondok dan bagaimana penyelesaiannya yang baik..

👇👇

Seorang ustadz (yang baru saja bergabung menjadi pendidik & pengasuh) membanting HP Santri hingga rusak, lalu ayah santri itu datang ke pondok meminta ganti rugi (kejadian diawal kedatangan dari liburan santri). 

Lalu saya ajak bicara ustadz tersebut. Kenapa antum banting? Ana sangat marah ustadz, hingga lepas kontrol. Ana melihat ada video orang dewasa yang tersimpan di HP tersebut, saat ana ambil dari tangan santri itu, dia juga berusaha berbohong, dan beberapa santri melihat video itu. 

Toyyib (baiklah). Cara antum tetap salah, meskipun emosi, tidak harus merusak barang. Justru sekarang buktinya tidak bisa dilihat di HP itu. namun ana akan bela antum dihadapan orang tua santri. Ana yang akan menghadapi wali santrinya, nanti antum menemuinya setelah ana selesai bicara dengan wali santri tersebut. 

Saya sambut wali santrinya (bapak bapak) dengan penuh kehangatan. Lalu saya tanya, bapak ayah dari Fulan? Iya ustadz, bagaimana pak, ada yang bisa saya bantu?. 

"Iya ustadz, ini anak saya nangis nangis telp, katanya hp nya dibanting sama ustadz Fulan, ya saya ingin minta pertanggung jawaban ustadz fulan". 

Baik, begini pak, pesantren memiliki aturan santri tidak diperkenankan membawa HP di pesantren. 

"Tapi kenapa harus dibanting hingga rusak ustadz? Intinya saya minta ustadz Fulan bertanggung jawab." 

Boleh saya jelaskan kronologi kejadiannya pak? 

"Iya silahkan ustadz." 

Saat kami lakukan pemeriksaan, kami mendapati HP ananda, dan kami periksa isinya terdapat video orang dewasa, setelah kami telusuri lebih dalam ternyata video itu juga dilihat oleh santri lain. Saya sangat khawatir dengan mental dan akhlak putra bapak dan teman temannya. 

Apakah bapak lebih memikirkan dan peduli terhadap HP atau kondisi putra bapak bersama teman temannya? Saya meminta maaf atas sikap ustadz Fulan, tapi itu semata karena rasa sayangnya kepada ananda. Dia sudah menghadap saya dan menyesali perbuatannya merusak hp tersebut. Namun kita perlu menilai secara adil apa yang dilakukan oleh ustadz Fulan adalah bentuk kekecewaan terhadap ananda yang ternyata HP juga menjadi penebar maksiat. Saya berharap alangkah lebih baiknya kita memikirkan agar ananda bertaubat dan tidak terulang lagi di rumah. Saya merasa gagal sebagai guru ananda, karena di rumah ananda tidak dapat membentengi diri dari maksiat. (Sengaja saya tidak menyerang/menyalahkan ayah santri tersebut, karena beliau sedang emosi dan kecewa). 

Alhamdulillah beliau menyadari kesalahan anaknya dan merasa malu sendiri. Lalu beliau mengatakan, 

"Iya, ustadz saya juga minta maaf atas perbuatan anak saya. Saya pikir memang mungkin ada baiknya HP itu rusak, dari pada semakin merusak anak saya". 

Setelah bapak ini tenang dan menyadari kesalahan anaknya, saya panggil ustadz Fulan. Lalu ustadz Fulan menyalami wali santri itu, dan meminta maaf atas kejadian tersebut. 

Ayah santri itu memeluk ustadz Fulan dan meminta maaf juga atas kejadian itu. 

Lalu saya memohon izin pada wali santri itu untuk menegakkan aturan, namun tetap saya jaga psikologi ananda melalui pendekatan persuasif sampai akhirnya wali santri dan santrinya mau menerima hukuman. 

Ya... Kita harus bisa melakukan persuasi dalam menangani kasus seperti ini. Karena kalo salah dalam komunikasi bisa menyebabkan wali santri dan santri kecewa, hingga persoalan jadi lebih rumit.

(Ustadz Wahab Rajasam)

*sumber: fb

Baca juga :