MASYA ALLAH...

Dua hari sudah saya dan tim mencari keberadaan santri tersebut, namun belum juga mendapatkannya dan saya tidak berani telpon ortunya untuk bertanya apakah ananda ada di rumah. Karena buat saya itu beresiko. Jika tidak ada di rumah maka ortu akan menuntut pesantren. 

Siang menjelang sore di hari kedua itu saya mendapatkan info cukup penting dari temannya, bahwa santri ini kalo hari libur pondok suka jalan sendiri ke kampung tersebut tapi temannya ini tidak tau ke tempat siapa dan melakukan apa. 

Lalu saya coba telusuri sambil berpikir kira kira kemana saja kemungkinan nya. Saya langsung kepikiran tempat PS. Alhamdulillah benar santri ini sedang asyik main PS. 

Lalu saya ambil foto dan videonya. Yup berhasil sebagai bukti. Qodarullahnya saya lupa komunikasi diawal dengan pemilik rental PS sehingga saat ingin membawa santri ini pulang ke pondok ditahan oleh pemilik rental PS. 

Dia tanya ke saya, "Ada apa ini? Anda siapa, masuk tempat saya, tanpa izin dan membawa anak yg sedang bermain?" 

Saya jawab "saya guru dari anak ini mas, saya hanya ingin membawa anak ini kembali ke pondok, karena saya dapat kuasa dari orang tuanya untuk mendidiknya, dan saya tidak berurusan dengan anda dan usaha anda, saya minta maaf jika saya mengganggu kenyamanan usaha anda dan sama sekali tidak ada maksud merugikan usaha anda. Namun kita saling menghormati posisi masing masing saja." 

Akhirnya saya dipersilahkan membawa santri tersebut. 

Saya ajak ngobrol santri ini kenapa dia melakukan ini?

Sambil nangis dia menjawab: "Saya jenuh di pondok ustadz, di rumah juga saya tidak bisa bermain, karena setiap hari saya disuruh di masjid depan rumah saya untuk murojaah (mengulang hafalan). Abi ana (ayah saya) orangnya tempramen dan sangat keras mendidik saya. Setiap hari saya diminta jadi imam. Jika saya tidak mencapai target saya dipukul dan dimarah habis habisan (santri ini sudah hafal Al Qur'an 27 juz, padahal masih SMP). Saya lelah ustadz dengan rutinitas di rumah dan di pondok." 

Ketika ayahnya datang, saya sampaikan bahwa ananda sudah 2 hari tidak di pesantren dan diketemukan di rental PS, ananda menginap disana namun tetap sholat. Karena depan rental PS itu ada masjid (saya tau saat saya bawa anak ini balik, dia ambil perlengkapan mandiinya dan sebagian pakaian sholatnya di masjid). 

Ayahnya menjawab: "Apa ustadz ada bukti anak saya main PS? Karena anak saya kalo di rumah selalu di masjid dan sering menjadi imam". 

Saya perlihatkan foto dan videonya. Ortunya lemas dan tidak bisa bicara lagi. 

Lalu saya sampaikan, "Pak, kita semua ingin anak kita menjadi anak yang Sholeh dan hafal Al-Qur'an, tapi jangan sampai memaksa hingga membuat anak menjadi terampas haknya untuk bermain dan bersosialisasi dengan temannya. Jangan sampai juga kita memukul anak, hanya karena targetnya tidak tercapai. Karena ini bisa membuat anak benci dengan kita dan bisa menyebabkan futur. Baiklah, saya persilahkan bapak komunikasi dengan ananda, sebaiknya bapak meminta maaf pada ananda. Jangan memarahinya, dan mintalah ananda untuk tetap Istiqomah. Bapak harus berjanji tidak memperlakukan ananda dengan kasar lagi". 

"Baik ustadz, jazakumullahu khairan katsiran," ujar Ayahnya. 

Alhamdulillah anak ini sekarang menjadi seorang hafidz yang melahirkan beberapa hafidz cilik yang tampil sebagai juara di salah satu TV swasta.

Ustadz Wahab Rajasam
(Pengasuh Ponpes)


Baca juga :