Alur logika HT itu seperti ini:
1. Permasalahan umat begitu banyak, karena kehidupan Islam yang seutuhnya (kaffah) tidak terwujud.
2. Kehidupan Islam yang kaffah itu, hanya bisa terwujud, jika ada kepemimpinan Islam yang satu atas seluruh umat Islam (khilafah).
3. Maka untuk menyelesaikan berbagai persoalan umat, yang harus diwujudkan pertama kali adalah adanya khilafah tersebut. Yang setelah tegak khilafah, lalu Islam diterapkan seutuhnya, maka berbagai masalah umat akan terselesaikan.
4. Maka, dakwah umat Islam harus berorientasi pada penegakan khilafah, dengan metode dakwah Nabi, dan umat tidak boleh teralihkan pada agenda-agenda lainnya.
Dari penjelasan di atas, sebenarnya alur logikanya secara umum tidak bermasalah.
Namun ada beberapa titik krusial yang tampak tidak diperhatikan, misalnya (sebagai contoh, bukan batasan):
1. Sebagian permasalahan umat itu, bisa diselesaikan segera, tanpa harus menunggu tegaknya khilafah. Bahkan sebagian wajib disegerakan.
2. Upaya menegakkan khilafah itu perjuangan yang sangat panjang, sehingga meletakkannya sebagai gerbang awal perjuangan umat, malah membuat "pejuang khilafah" tampak tidak mau terlibat dalam aktivisme keumatan sebelum tegak khilafah. "Mau lakukan ini... Tunggu khilafah dulu." "Lakukan itu... Tunggu khilafah dulu."
3. Kewajiban adanya khilafah memang diakui dalam fiqih Islam, bahkan dianggap ijma'. Namun yang tidak boleh dilupakan adalah, bagaimana fiqih Islam berinteraksi dengan kondisi saat ini. Di poin ini, HT terlalu saklek, sehingga hampir selalu menyalahkan dan 'menyerang' gerakan Islam lain, yang tidak sejalan dengan pemahaman mereka.
4. Khilafah, bahkan ketika tegak dulu pun, tetap tergantung kualitas individu dan masyarakatnya. Buktinya, dicaploknya Andalusia, direbutnya Al-Aqsha di masa lalu, pembantaian di Baghdad, dan seterusnya sampai runtuhnya 'Utsmaniyyah, adalah bukti bahwa kualitas individu dan masyarakat sangat berpengaruh. Nah, sangat disayangkan, narasi HT jarang menyentuh hal-hal semacam ini, sehingga terkesan mengglorifikasi khilafah. Seakan sesaat setelah khilafah tegak, masalah umat langsung selesai semuanya.
5. Poin dakwah harus berorientasi khilafah, dan mengikuti dakwah Nabi (versi pemahaman mereka), kadang membuat akar rumput dan sebagian elit mereka, meremehkan semua bahasan selain khilafah. Ada yang meluruskan kesalahan pemahaman dalam fiqih shalat, dianggap meributkan hal yang tidak penting, misalnya.
(Muhammad Abduh Negara)