Catatan Saief Alemdar:
Kebahagian rakyat Suriah sepertinya baru benar-benar kelihatan selama 20 hari ini sejak 50 tahun terakhir. Bagaimana tidak, ada orang yang sudah berumur 20 tahun, hanya bisa menikmati gunung Qasiun dari bawahnya, tidak pernah bisa naik sampai ke puncak. Mereka tidak menunggu lama, 8 Desember 2024 pukul 8 pagi, semua pada naik ke gunung Qasiun dan menikmati pemandangan yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya. Gunung Qasiun itu adalah puncak tertinggi di seluruh kota Damaskus, dari atas gunung itu seluruh kota Damaskus bisa dilihat. Sebelumnya gunung itu berstatus military zone, no entry and divieto di accesso!
Jumat pertama tanpa Assad, aku jumatan di masjid Umar bin Abdul Aziz, kalau telah bangun tidur pasti jumatan disitu karena masjid terdekat dengan rumah dan khutbahnya tidak lama.
Hari itu khatibnya berbeda, bukan Sheikh Ahmad seperti biasa. Khatibnya anak muda, biasanya speaker internal masjid, kali ini jumat new era, suaranya sampe keluar masjid. Seorang anak muda naik ke mimbar, dengan suara lantang khatib mengucapkan salam. Dari wajahnya kelihatan dia adalah salah satu syabab fatihin (mujahidin) yang berhasil menumbangkan rezim Assad.
Khutbah itu awalnya terkesan “propaganda” penguasa baru, karena isinya sangat politis, selain juga berisi kisah pilu para pejuang. Namun demikian, jamaah yang memadati masjid seakan semuanya sedang mengiris bawang merah, dan sekali sekali terdengar suara jamaah meneriakkan “Allahu Akbar”.
“Qaala sheikh Ibnu Taimiyah, lanahzimannahum….”, khatib menceritakan ketika Imam Ibnu Taimiyah mengatakan di atas mimbar masjid Agung Bani Umayyah bahwa umat Islam akan mengalahkan pasukan Mongol.
Mendengar nama Ibnu Taimiyah disebut, aku yang sejak awal tertunduk mendengar khutbah, langsung melihat ke khatib, baru pertama nama Ibnu Taimiyah disebut di atas mimbar jumat di Damaskus sejak puluhan tahun! Sebelumnya, nama Ibnu Taimiyah mungkin ada disebut dalam pengajian dan di bangku-bangku kuliah, adapun di atas mimbar jumat…
Banyak hal baru lain yang bisa dilihat pada antara 8-12 Desember 2024 di ibukota Dinasti Umayyah itu, salah satunya melihat tentara-tentara (mujahidin) dengan pakaian lengkap dan senjata assault rifle jenis AK-47, Kale KCR556, atau MAR 556 solat berjamaah di pinggir jalan atau di depan kantor pemerintah. Masyarakat pun minta poto-poto dengan tentara, baru pertama kali mereka tidak takut dekat-dekat dengan tentara. Melihat orang-orang minta poto dengan tentara, aku pikir untuk apa, wong tentaranya semua menutup muka, yang terlihat cuma mata 😀 Tapi pemandangan itu cuma 5 hari, setelah itu entah kemana larinya mas-mas tentara itu.
Seorang kawan syabab mengatakan, “Izzah ini bro, izzatul Islam! Kami sekarang memasang check point di gerbang pangkalan militer Rusia, tidak ada yang boleh masuk atau keluar pangkalan tanpa kami periksa!”. Benar juga sih, meskipun tujuan pemeriksanaan bukan untuk “merendahkan” Rusia, namun untuk memastikan di dalam kendaraan yang keluar masuk tidak ada mantan pejabat Suriah rezim lama yang sembunyi. Tetapi apapun itu, yang mereka lakukan sekarang tidak ada yang berani melakukannya, militer Rusia bro, wama adrakama militer Rusia!
Euforia ini mungkin sekilas banyak dikhawatirkan oleh sebagian orang, karena hal ini persis dengan euforia 4 Juni 2014 di Mosul, ketika kota itu jatuh ke tangan ISIS! Sebulan setelah itu, baru mulai main tebas-tebas!
Bagiku, terlepas dari siapapun dibalik jatuhnya Assad, mau itu AS, Israel, apalagi kalau cuma Turki, bukan sebuah hal yang perlu diperdebatkan, karena terbongkarnya puluhan penjara yang selama ini digunakan untuk membungkam rakyat yang anti pemerintah sudah sebuah kemenangan besar bagi rakyat Suriah. Bagaimana tidak, sejak 2011, lebih 100 ribu orang dinyatakan hilang setelah diciduk aparat keamanan, tidak jelas nasibnya maish hidup atau sudah mati, kalau sudah mati dimana kuburnya. Benarlah beberapa hari kemudian belasan tempat ditemukan yang diduga sebagai kuburan massal.
Masa ada orang dijeblosin ke penjara sampai 28 tahun hanya karena dia menang balap kuda lawan anak pejabat militer! Kalau bukan karena syabab syabab itu mungkin belum keluar dia.
Khatib muda itu mengatakan, “Wallahi kami tidak berniat masuk ke Damaskus, kami hanya ingin memukul mundur pasukan rezim jauh dari Idlib, makanya kami sebut operasi militer kami dengan code ‘Rad’ul Udwan’, bukan ‘Fath Sham’, tetapi ketika kami teriakkan Allahu Akbar pada tanggal 27 November, pasukan rezim menyerah dan mundur dengan mudah, akhirnya kami maju terus dari Aleppo, ke Hama, dari Homs dan kemudian setelah 10 hari kami tiba di Damaskus”.
Khatib di masjid sebelah kata kawanku mengatakan, “apa yang kita saksikan sekarang ini adalah wujud nyata dari firman Allah dari surat Yasin ayat 82”.
اِنَّمَآ اَمْرُهٗٓ اِذَآ اَرَادَ شَيْـًٔاۖ اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ
Sesungguhnya ketetapan-Nya, jika Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka, jadilah (sesuatu) itu.
Perjalanan rakyat Suriah untuk menuju kemerdekaan dan stabilitas mungkin masih panjang, banyak pihak yang tidak ingin stabilitas di negeri yang disebut sebagai “a country in middle east located in the middle of middle east!” (“sebuah negara di timur tengah yang terletak di tengah-tengah timur tengah!”).
Semoga Allah menyempurnakan kebahagiaan mereka, seperti doa Rasulullah “Allahumma barik lana fi Syamina wa Yamanina..."
“Ya Allah berkahilah Syam kami dan Yaman kami..."