JUSTRU SAYA SEDIH....

JUSTRU SAYA SEDIH....

Foto ini saya lihat banyak berseliweran di Beranda. Semua Postingan tentang foto ini dilike dan disukai ribuan orang. Banyak yang terharu. Termasuk saya. 

Saya bahkan sampai mencari tahu siapa adik kita ini. Namanya Sri Wulandari Lomuli. Sarjana Peternakan dari Universitas Sam Ratulangi. 

Adik kita ini bisa menyelesaikan Kuliahnya padahal serba kekurangan. Ayah dan Ibunya cuma Petani yang sangat miskin. Bahkan dari yang saya baca di Media, penglihatan ayahnya bermasalah.

Tentu saja perjuangan Adik kita ini sangat pantas kita apresiasi. Membanggakan. Layak jadi teladan. Khusus bagi Generasi muda sekarang yang mentalnya sangat mengkhawatirkan.

Tapi disisi lain, justru saya sangat sedih. Melihat rona kebahagiaan diwajah ibunya. Sekalipun tanpa senyum, tapi saya yakin ayahnya juga sangat bangga. Mungkin teramat bahagia dan bangga dengan pencapaian luar biasa anak mereka. 

Tapi masalahnya....

Sekali lagi masalahnya....

Baiklah. Tahan dulu...

Saya akan bercerita sedikit tentang kisah yang hampir sama. Dengan orang tua saya sendiri. Kebetulan kami sama-sama berasal dari Keluarga Petani biasa. Kehidupan keluarga kami juga sangat -sangat sederhana.

Karena ketidak mampuan menguliahkan anak, saya dan adik saya yang laki-laki selesai SMA sama-sama merantau ke Negeri orang. Berjuang merubah nasib dan memperbaiki masa depan.

Alhamdulillah, adik saya nomor tiga dan nomor empat (keduanya perempuan) tamat SMA bisa kuliah dan menyelesaikan kuliah mereka tepat waktu. 

Ketika yang ketiga lulus di Unimed. Sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Kota Medan, ayah dan ibu saya begitu bangganya. Rasanya mereka baru saja memenangkan Perang Dunia.

Saya yang mendampingi mereka juga ikut bahagia. Tapi sekaligus menyimpan kesedihan yang mendalam. 

Ayah dan Ibu saya, bahkan mungkin adik saya berpikir dia baru saja menyelesaikan pertempurannya. Selama empat tahun kuliah dengan kehidupan yang pas-pasan. Bahkan dalam kekurangan. Saatnya merayakan pencapaian. 

Tapi saya tahu. Adik saya baru saja memulai pertempuran yang sebenarnya. Di negeri ini, gelar sarjana ditangan bukanlah jaminan masa depan. Bahkan belum tentu satu-dua tahun kedepan mendapatkan pekerjaan sesuai harapan.

Syukurnya Adik saya bisa langsung jadi Guru Honorer. Tapi anda tahu, gajinya cuma 250 ribu perbulan!

Seorang Sarjana. Dari Perguran Tinggi yang cukup punya nama di Kota Medan dan Sumatera Utara. Berjuang selama empat tahun. Dengan tetasan darah dan keringat orang tua. Adik saya Wisuda, wajar mereka sangat bangga. Tapi masalahnya, setelah tamat dan Wisuda. Cuma bergaji 250ribu perbulan!

Jadi saya merasa sedih, karena saya tahu. Di Negeri ini, Lapangan Kerja sangat terbatas. Lulusan Sarjana, seberapapun kebanggaan dan kebahagiaan orang tuanya tidak terlalu berguna. Kecuali punya orang dalam! 

Terbukti, setelah saya cari tahu juga apa pekerjaan adik kita ini, ternyata cuma kerja jadi staf di Sekretariat Panitia Pemilihan Kecamatan Bolangitang Barat.

Bukan masalah kerjaannya sih, tapi kan dia Sarjana Peternakan....

(By AZWAR SIREGAR)

Baca juga :