INTERNAL ISRAEL PECAH... "Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah"

Kita telah menyaksikan gegap gempita masyarakat Gaza yang sepakat menyebut kesepakatan damai ini adalah kemenangan para pejuang Gaza dan perjuangan mereka.

Mari kita saksikan langsung kegelisahan yang merata di kalangan para ahli dan militer Israel dalam menyikapinya. Langsung saja, dengarkan pendapat-pendapat mereka. Agar mereka sendiri yang bersaksi.

Yoav Stern, penulis dan pengamat Yahudi:

"Kemunculan pasukan Hamas di tengah banyak masyarakat saat menyerahkan tawanan ke Palang Merah Internasional merupakan bukti lain bagi yang menginginkan bukti bahwa Hamas tidak bisa ditumpas bahkan setelah berbulan-bulan (perang). Bahkan Israel melakukan perundingan dengan Hamas. Semestinya kita tidak perlu terkejut tentang yang kita saksikan. Teruskan pemandangan seperti itu, karena sekarang yang paling penting adalah para tawanan itu bisa kembali ke keluarga mereka masing-masing."

Enav Halabi, jurnalis Yedioth Ahronoth untuk urusan Palestina:

"Gambar di video itu sudah diduga, karena Hamas dalam dua pekan terakhir mampu merekrut 4000 tentara baru. Kita juga melihat teriakan dukungan dari masyarakat kepada tentara Hamas."

Shlomi Eldar, pengamat politik:

"Saya yakin juga bahwa slogan tentara (Israel) menang mutlak, telah diketahui oleh siapapun khususnya mereka yang sangat memahami wilayah tersebut, Hamas, Iran atau siapapun bahwa kemenangan mutlak itu tidak mungkin terjadi."

Mayjen Giora Eiland, mantan kepala Majlis keamanan nasional:

"Perang ini adalah kegagalan Israel di Gaza. Bisa dipastikan bahwa Hamas menang. Penyebab kegagalan itu karena hal yang sederhana saja, di mana Hamas bukan hanya berhasil menggagalkan target Israel, tapi Hamas juga berhasil mencapai targetnya. Di mana targetnya adalah tetap memegang kekuasaan. Kesepakatan damai ini tidak menghalangi Hamas untuk meningkatkan kemampuannya, Hamas mampu meningkatkannya kembali. Jika Hamas mampu meningkatkannya dan Israel menghalanginya maka, maka Israel akan melanggar kesepakatan ini."

"Hamas datang di kesepakatan damai ini dengan kepala tegak, sistim yang efektif, percaya diri dan sabar."

Tamir Pardo, mantan Direktur Mossad:

"Hamas menginginkan apa yang dimintanya sejak hari pertama perang, mereka tidak mengubah sedikit pun. Sementara kita tahu persis harga yang harus dibayar, harganya mahal, sangat-sangat mahal."

"Saya ingin ceritakan pada anda kisah singkat di hari terakhir perang Vietnam. Di Saigon saat itu ada dua panglima; yang satu Amerika dan yang satu Vietnam. Panglima Amerika berkata kepada panglima Vietnam: Dengarkan, sepanjang perang kami tidak pernah kalah sekalipun. Panglima Vietnam pun menjawab: 
Bisa jadi benar, tetapi kalian harus pergi besok pagi dan kamilah yang menetap di sini.
Dalam peperangan bukan hanya masalah kita menang di medan pertempuran saja, ini hanya bagian pertamanya. Adapun bagian paling pentingnya adalah akhirnya.

Pemerintah Israel tidak mau mengakhiri perang ini dan ini berdampak buruk bagi tentara Israel dan operasi militernya serta menyebabkan kerugian yang besar sekali, karena tentara Israel tidak mau menyatakan bagaimana cara menghentikan perang ini."

Elon Evitar, pengamat urusan Arab Palestina:

"Jika kita sedang ragu, sesungguhnya Hamas sangat yakin dengan keputusannya. Mereka memutuskan untuk menghentikan perang dan tetap berkuasa di Gaza."

Tamir Hayman, kepala lembaga kajian keamanan nasional Universitas Tel Aviv:

"Gencatan senjata ini bukan penghentian perang, karena jika ada salah satu pihak melanggar maka kita akan kembali berperang. Kalaupun gencatan senjata ini berlanjut sampai tuntas, akhirnya Hamas lah yang berkuasa di Gaza dan ini tidak sejalan dengan target perang. Hal ini akan bisa memberi kesempatan Hamas untuk membangun kembali kekuatannya. Artinya kita hanya menunda masalah saja."

Yosi Yahusha, pengamat militer Israel di Channel 24i:

"Hasil dari pertukaran tawanan ini menunjukkan bahwa Netanyahu gagal secara politik, juga kegagalan militer dan kepala stafnya Herzi Halevi dalam menjalankan tugasnya dan mencapai kemenangan atas Hamas.

Di level politik, gagal menghadirkan pengganti Hamas untuk menguasai Gaza.
Kedua kegagalan itu mengantarkan kita pada keadaan hari ini yaitu pertukaran tawanan.
Pasukan terkuat di timur tengah semestinya mampu meraih kemenangan yang berbeda melawan Hamas."

Helal Biton Rozen, jurnalis urusan militer Israel di Channel 14:

"Kita harus ingat bahwa Hamas -sangat disayangkan- masih kokoh di Jalur Gaza. Dan mereka harus ditumpas. Kesepatakan damai ini -disayangkan- akan meningkatkan kembali kemampuan mereka dan memperbaikinya, juga akan mampu merekrut para perusak di Gaza dan Tepi Barat untuk menghajar kita."

Yotam Zamri, host program politik Israel di Channel 14:

"Pertukaran ini sangat buruk, sangat berat. Pertanyaannya apa yang harus kita lakukan sekarang karena ini terus bergulir. Netanyahu tidak mungkin mundur ke belakang. Karenanya secara ideologi saya mendukung langkah Ben Gvir. Tapi yang pasti ada 42 hari fase pertama kesepatakan damai. Kesepakatan dengan Hamas untuk menyempurnakan pertukaran akan dimulai pada hari ke 16, jika antara hari ke 16 sampai 42 kita tidak bisa memaksa mereka menyerah atau paling tidak mengusir orang-orang tertentu, jika mereka menolak maka Israel akan memulai perang lagi. Jika tidak memulai perang lagi maka tidak ada gunanya pemerintahan ini. Kita harus katakan ini dengan jelas. Jika Israel membiarkan Hamas tetap menguasai Gaza, maka tidak ada alasan pemerintahan ini untuk tetap ada."

Amit Sigal, pengamat politik Israel di Channel 12:

"Ada perdebatan dalam selama 468 hari tentang capaian terhadap dua target: menumpas Hamas secara militer dan politik, mengembalikan tawanan. Kebanyakan masyarakat mendukung dua target tersebut. Pertukaran ini tidak boleh menjadi alasan untuk membiarkan keadaan seperti sekarang. Pendapat saya, pemerintahan ini telah gagal. Ia adalah pemerintahan yang gagal sejak 7 Oktober, memerintahkan kepada tentara yang gagal dan Shabak (badan intelijen Israel) yang juga gagal. Satu-satunya alasan untuk pemerintahan boleh terus bertahan adalah pengembalian tawanan dan sebelum itu harus mampu menumpas Hamas secara militer dan politik. Jika setelah 42 hari tidak berhasil mencapai hal itu, maka wajib mundur."

________________

Jika sudah anda dengarkan kegelisahan luar biasa di internal Israel, wajib anda semua ketahui bahwa Al Quran tidak mungkin salah ketika menyebut sifat-sifat Yahudi di antaranya adalah pertikaian internal yang dahsyat; tapi kalian menyangka mereka solid bersatu dan kuat perkasa.

بَأْسُهُم بَيْنَهُمْ شَدِيدٌ ۚ تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّىٰ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُونَ

Permusuhan antara sesama mereka (Yahudi) adalah sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengerti. [QS Al Hasyr: 14]

(Ustadz Budi Anshari)

Baca juga :