Secara resmi Ahmad Al-Sharaa atau Abu Muhammad al-Jaulani telah menduduki jabatan Presiden Suriah per 29 Januari 2025, dengan masa jabatan minimal dalam 4 tahun ke depan sampai diadakan pemilihan secara musyawarah.
Ia adalah mantan komandan Al-Qaeda Irak, pendiri Jabhah Nushrah (cabang resmi Al-Qaeda di Suriah sampai tahun 2016) dan utusan ISIS yang waktu itu sudah dipimpin Al-Baghdadi. Hingga akhirnya ia membuat dan memimpin kelompok perlawanan baru Hai'at Tahrir al-Sham (HTS).
Ini adalah preseden baru dalam politik internasional. Seorang yang pernah dicap teroris menjadi orang nomor satu sebuah negara berdaulat.
Bisa dibilang Jaulani ditetapkan sebagai "teroris" bukan karena perbuatan dan tindakannya, melainkan hanya karena pernah bergabung ke sebuah organisasi tertentu.
Jaulani tidak pernah melakukan serangan yang menyasar warga sipil di wilayah damai, bahkan di medan perang pun kelompoknya sangat berhati-hati.
Jabhah Nushrah hingga HTS adalah kelompok yang paling banyak menjadi target propaganda buruk selama perang Suriah karena perafiliasian semata, meskipun faktanya, aksi mereka justru yang paling sedikit menimbulkan korban sipil (menurut data SOHR/Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia).
Satu kejadian menyedihkan di kisaran tahun 2014-2015, ketika Jaulani terlibat operasi pembebasan desa-desa di utara Hama dari milisi Assad, ketika sudah menang mereka justru diusir dan dimaki oleh orang-orang yang mengaku warga lokal.
Alasan orang-orang itu, katanya tidak mau kelompok Jaulani dijadikan alasan untuk pengeboman musuh dan serangan udara koalisi Amerika.
Padahal Jabhah Nusroh saat itu yang paling terdepan, dan yang paling banyak mati anggotanya sepanjang operasi.
Namun dengan jiwa ksatria dan lapang dada, mereka mundur karena tidak mau terjadi keributan sesama pejuang.
Ketulusan itulah yang membuat Jaulani dan kelompoknya dibukakan jalan oleh Allah SWT untuk terus membesar dan diterima oleh masyarakat.
Dan puncaknya adalah bebasnya Suriah dari Assad sang diktator modern terkejam di tanah Arab.
(Pega Aji Sitama)