Bersama Pak Kholid, Melawan Oligarki

Bersama Pak Kholid, Melawan Oligarki

Pak Kholid, seorang nelayan asal Tangerang, mendadak viral usai lantang mengkritik pagar laut yang dinilai merugikan warga pesisir. Enam pernyataannya ini sukses mengguncang perhatian publik!

Sosok Kholid, seorang nelayan asal Tangerang, sedang jadi buah bibir usai aksinya mengkritik pagar laut di Tangerang viral di media sosial.

Keberaniannya menyuarakan keresahan nelayan menarik perhatian publik.

Menurut Kholid, pagar laut sepanjang 30 kilometer ini bukan hanya ilegal, tetapi juga sangat merugikan kehidupan nelayan.

Pernyataannya yang blak-blakan bahkan menuai pujian saat ia tampil di acara Indonesia Lawyer Club (ILC).

Lantaran argumennya, Pak Kholid pun dinilai berwawasan, cerdas dan pemberani. 

1. Ingatkan Logika Penjajah

Kholid mengaku dihubungi penelepon gelap karena menyoroti pagar laut Tangerang. Dia diminta tak ikut campur lantaran berasal dari Serang. Terkait hal itu, Kholid mengungkit sebuah buku berjudul 'Logika Penjajah' karya Yai Midi.

"Dalam isi buku tersebut persis seperti kata penelpon tersebut ke saya, kamu orang Serang nggak boleh urusi Tangerang. Padahal menurut saya, nelayan tidak boleh parsial. Nah ciri-ciri penjajah itu memiliki pandangan parsial, sampai tingkatannya kita tidak menolong tetangga kita yang kelaparan atau sedang dijajah," ujarnua dikutip dari YouTube ILC.

"Begitu juga di laut. Ketika orang Tangerang menangis, orang Serang menangis. Ketika Rempang menangis, orang Serang menangis," sambungnya.

2. Berani Sebut Korporasi

Selanjutnya, Kholid mengungkap dugaan korporasi di balik pembangunan pagar laut yang merugikan para nelayan. Sebagai orang yang mencari nafkah di laut, Kholid memilih untuk melawan.

"Lebih baik saya melawan, daripada hidup saya sebagai petani nelayan dikelola oleh korporasi. Karena ainal yaqin, kalau saya sebagai rakyat dikelola korporasi sampai kiamat anak cucu saya pasti miskin,"

"Karena saya sebagai obyek yang dikelola, dia yang mengelola karena namanya korporasi memikirkan untung rugi. Kalau negara keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, namun di sini kita gak merasakan itu," tambah Kholid.

3. Sah Tidak?

Kholid heran dengan pagar laut yang dipasang di area yang seolah sudah dikotak-kotakkan untuk proyek tertentu. "Ngerinya ada jual beli hitam. Dugaan saya di situ, Logika saya masuknya di situ," ujarnya.

Sebagai orang yang mengaku awam hukum, Kholid mempertanyakan kemungkinan kepemilikan Sertifikat Hak Milik (SHM) yang terbit di area pagar laut Tangerang.

"Herannya pagar itu tumbuh di wilayah yang diplot sebagai proyek. Ketika ini terjadi, kalau saya bukan ahli hukum, kira-kira seandainya udah ada SHM, 300 SHM sudah dikeluarkan dan BPN, SHM keluar di atas laut kira-kira sah gak secara hukum?," tanyanya.

4. Sudah Lapor

Lebih lanjut, Kholid mengaku sudah mengetahui keberadaan pagar laut tersebut sekira lima bulan terakhir. Awalnya, ia sempat berpikiran positif, pagar tersebut untuk budidaya. Namun seiring berjalannya waktu, ia mengetahui pagar laut tersebut ternyata ilegal.

"Saya sempat lapor ke Dinas Kelautan Dan Perikanan (DKP) provinsi, dan (mereka) sudah tahu kalau ilegal. Kata saya 'Kenapa gak ditindak?' (dijawab) tugas saya hanya melaporkan ke KKP. Saya tunggu sampai akhir-akhir ini disegel," tukasnya.

5. Bukan Rahasia Umum

Kholid mempertanyakan tindakan pihak berwenang dalam mengusut pemilik pagar laut di Tangerang. Sebab menurutnya, pelakunya sudah bukan menjadi rahasia umum.

"Ini nunggu apa? biar pelakunya ngaku? Pelakunya bukan rahasia umum lagi, lurah-lurah tahu, yakin siapa pelakunya. Orang Serang tahu, tahu semua, gak mungkin gak tahu. Kalau saya sebutin takut dituntut," ungkapnya.

Ia pun menyebut beberapa nama yang diduga terlibat. "Kalau negara gak bisa, saya akan lawan," tukasnya.

6. Motivasi

Pak Kholid menerangkan bawah hasil pemikiran seseorang tergantung dari mana sumber pengetahuannya. Sedangkan kejernihan pengetahuan tergantung dengan motivasinya.

"Seseorang berfikir tergantung sumbernya. Kalau sumber pengetahuannya keruh, maka pengetahuannya akan keruh. Pengetahuan yang keruh atau jernih itu tergantung motivasinya.

Kalau motivasinya kesementaraan (duniawi), jabatan, harta atau ketenaran, maka akan keruh pemikirannya, karena terganggu dengan kepentingan yang sementara ini (duniawi). 

Jernih dan tidaknya pengetahuan tergantung motivasinya, kalau motivasinya keabadian (akhirat) dikarenakan Allah maka pengetahuannya akan jernih. Dan saya percaya akan itu!" pungkasnya.

[VIDEO]
Baca juga :