Statemen Al-Jaulani yang lagi kena goreng:
"Kami tidak mau ikut campur untuk berkonflik dengan Israel."
Ana pribadi meyakini bahwa ini adalah bahasa politis dan setuju dengan alasan di masa transisi ini Suriah membutuhkan Tamkin (pengukuhan kekuasaan). Kalau sampai membuka front baru dengan luar, risiko besar sekali bahkan perjuangan berbelas tahun ini akan gagal total.
Untuk detail, mungkin tulisan Ahmad Da'doush ini bisa jadi rujukan:
"Kekuatan pejuang Suriah telah terkuras habis selama bertahun-tahun revolusi setelah rezim mengarahkan senjatanya untuk membunuh rakyat. Pada hari kejatuhan rezim, milisi zionis menyelesaikan misinya dengan menghancurkan sisa-sisa senjata dari militer Rezim ini.
Yang tidak banyak diketahui adalah bahwa rezim Assad sebelumnya lebih memfokuskan anggaran persenjataan pada aspek 'pertahanan', dan telah membeli beberapa sistem pertahanan Rusia yang canggih (rudal darat-ke-udara).
Sementara dalam sisi 'serangan' tetap terbatas pada pesawat tua dari era Soviet, yang berarti bahwa tentara tidak siap untuk masuk ke dalam perang apa pun dengan entitas pendudukan (Israel) bahkan ketika berada dalam kondisi terbaiknya sebelum dimulainya revolusi.
Baru-baru ini Ahmad Asy-Syara' (Al Jaulani) menyatakan bahwa pemerintahan barunya tidak berniat memasuki perang dengan pendudukan (Israel), yang merupakan hal yang sudah jelas dan tidak perlu dinyatakan, karena para pejuang menerima negara yang hancur tanpa kekuatan tentara.
Senjata ringan mereka hampir tidak cukup untuk menjaga keamanan dan mencegah pemberontakan Syabiha (geng Assad) serta merebut kembali al-Hasakah dari "separatis kurdi" yang didukung Amerika Serikat.
Beberapa pihak lalu menjadikan pernyataan Al Jaulani ini untuk mempertanyakan mengapa para pejuang tidak segera untuk mengumumkan jihad akbar dalam membebaskan al-Aqsa serta menyelamatkan Gaza.
Hal ini adalah kebodohan yang sulit untuk mengobatinya!"
___
Nah, kembali ke saran ana sebelumnya hendaklah kita mengedepankan husnuzhan kepada Mujahidin dengan terus menyertakan doa yang terbaik.
Barakallahu fikum.
(Ihsanul Faruqi)