PKS Sulsel bantah ASS (DPO kasus Uang Palsu UIN Makassar) sebagai kader/dewan pakar PKS

[PORTAL-ISLAM.ID] Partai Keadilan Sejahterah (PKS) ikut terseret dalam kasus sindikat uang palsu di Kampus UIN Alauddin Makassar, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel). 

Pasalnya salah satu orang berinisial ASS (Annar Salahuddin Sampetoding) yang diduga terlibat dalam kasus tersebut diduga punya hubungan dengan PKS.

ASS saat ini sudah menjadi buronan karena namanya masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) pihak kepolisian. 

Dia juga merupakan mantan bakal calon Wali Kota (Cawalkot) Makassar ini diduga juga sebagai pemodal sindikat uang palsu di Kampus UIN Alauddin Makassar.

Menanggapi hal ini, Sekretaris PKS Sulsel, Rustang Ukkas membantah jika ASS merupakan kadernya. 

Meski begitu, Rustang mengakui jika yang bersangkutan pernah mendaftarkan diri menjadi kader PKS.

"Pak Annar tidak sebagai kader PKS," ujar Rustang saat dikonfirmasi wartawan seperti dikutip, Senin (23/12/2024).

Dia juga membantah kabar yang menyebut jika ASS adalah Dewan Pakar PKS, karena hingga saat ini tidak ada Surat Keputusan (SK) belum diterbitkan.

"Hanya saja, dua tahun terakhir menjelang pilkada, beliau sering berinteraksi dengan PKS," katanya.


Presiden PKS Pernah Bertemu ASS di Rumahnya

Sebuah foto menguak kehadiran Presiden PKS Ahmad Syaikhu di rumah ASS di Jalan Sunu 3, Kota Makassar, Sulsel.

Foto itu menampilkan Ahmad Syaikhu bersama dengan sejumlah kader PKS Sulsel.

Pada Kamis, 14 Juli 2023, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Ahmad Syaikhu, diketahui menghadiri jamuan makan siang yang diadakan di rumah tersebut.

Pertemuan itu juga dihadiri oleh Ketua DPW PKS Sulawesi Selatan, Muhammad Amri Arsyid, usai sesi Dialog Kebangsaan yang berlangsung di Makassar.

Dalam acara tersebut, Annar (ASS) bertindak sebagai tuan rumah sekaligus tokoh sentral dalam diskusi yang melibatkan berbagai elemen masyarakat.

ASS mengaku bahwa dirinya pernah menjabat sebagai Dewan Pakar PKS Sulsel dan memiliki kontribusi besar dalam membangun jaringan partai di wilayah tersebut.

Pernyataan ASS terkait loyalitasnya kepada PKS juga tercatat dalam laman resmi PKS Sulsel, menegaskan keterlibatannya yang mendalam dengan partai tersebut. 

“Saya dulu membangun PKS, dan saya merasa kembali untuk membangun PKS,” ucap Annar (ASS).

Belakangan, pengakuan Annar itu dibantah PKS Sulsel yang menyebut Annar bukanlah kader PKS.


Keterlibatan ASS dalam Kasus Uang Palsu UIN Makassar

Pengusaha Annar Salahuddin Sampetoding (ASS) masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) kasus sindikat uang palsu UIN Alauddin Makassar.

Keberadaan ASS kini masih misterius.

Ia menghilang setelah polisi berhasil membongkar pabrik uang palsu dan menangkap Kepala Perpustakaan UIN Andi Ibrahim.

Penyidik Polres Gowa telah melayangkan surat panggilan pemeriksaan pertama ASS.

Namun pada Senin (23/12/2024), ASS tidak memenuhi panggilan penyidik atau mangkir.

"Kemarin sudah kita layangkan surat panggilan pemeriksaan tapi untuk hari Senin tapi tidak hadir. Sehingga kami kirimkan lagi surat panggilan kedua," kata Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak di Mapolres Gowa, Jl Syamsuddin Tunru, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulsel, Selasa (24/12/2024).

Selain itu, Penyidik Satreskrim Polres Gowa surati kantor imigrasi untuk mencegah tiga DPO sindikat uang palsu UIN Alauddin Makassar tidak kabur ke luar negeri, termasuk ASS.

"Kami sudah layangkan surat ke kantor imigrasi untuk mencegah DPO ini kabur ke luar negeri," ujarnya.

Kapolres Gowa menerangkan ASS diduga kuat sebagai otak yang mendanai pembuatan uang palsu di kampus UIN Alauddin Makassar.

Selain ASS, adalagi saksi kunci lainnya yakni staf UIN Alauddin inisial M.

Namun, M mendadak meninggal diduga serangan jantung dan belum sempat diperiksa polisi.

"Keterangan ketiga DPO ini sangat penting untuk mengungkap keterlibatan para tersangka dan mengungkap tersangka lainnya yang masuk dalam jaringan uang palsu tersebut," jelasnya.

Rumah ASS Disebut Tempat Awal Pencetakan Uang Palsu Sebelum Pindah ke UIN

Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono mengatakan sebelum mesin pencetak uang palsu di Kampus UIN ditemukan, polisi lebih dahulu mendatangi rumah ASS di Jl Sunu 3, Kota Makassar.

Rumah ASS ini digunakan sebagai tempat awal pencetakan uang palsu.

"Kalau kita lihat dari TKP buat cetak uang palsu, jadi di rumah saudara ASS Jl Sunu, Kota Makassar. Kemudian juga ada di Jl Yasin Limpo (UIN), Gowa," kata Irjen Pol Yudhiawan saat rilis pengungkapan sindikat uang palsu di Mapolres Gowa Jl Syamsuddin Tunru, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Sulsel, Kamis (19/12/2024) siang.

Lebih lanjut dijelaskan Yudhi, mulanya produksi uang palsu tersebut berlangsung di rumah ASS, di Jl Sunu 3, Kota Makassar.

Namun, karena jumlah uang yang akan dicetak membutuhkan mesin dengan kapasitas lebih besar, akhirnya dipindahkan ke UIN.

"Awal pertama ditemukan (pencetakan uang palsu) di Jl Sunu Makassar (rumah ASS), karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar maka mereka membutuhkan alat yang lebih besar. Jadi, tadinya menggunakan alat kecil," sebutnya.

Alat yang ditemukan dalam Perpustakaan UIN Alauddin, kata Yudhi dibeli seharga Rp 600 juta.

Mesin cetak uang palsu yang diperkirakan berbobot dua ton itu, didatangkan langsung dari China lewat Surabaya.

Tersangka AI yang merupakan Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar mengenal tersangka lainnya yakni S dari seseorang berinisial ASS. 

AI pertama kali tertarik masuk dalam jaringan produksi uang palsu setelah membeli dari S.

Tak hanya menjadi penghubung antara S dan AI, ASS juga membiayai pembelian bahan baku pembuatan uang palsu pecahan Rp100 ribu. 

Uang pembelian bahan baku tidak diberikan secara langsung oleh ASS kepada S, tetapi melalui perantara seorang pria inisial JBT.

Sebagai informasi, Polda Sulawesi Selatan (Sulsel) telah menetapkan 17 orang tersangka kasus produksi dan peredaran uang palsu di dua lokasi yakni Jalan Sunu (rumah ASS) dan Perpustakaan UIN Alauddin Makassar.

ASS Buron

Sejak pekan lalu, nomor ponsel ASS tidak aktif lagi.

Padahal, Annar Salahuddin Sampetoding dikenal aktif berkomunikasi melalui ponsel.

Sejak namanya menjadi pembicaraan publik, Annar Salahuddin Sampetoding hilang bak ditelan bumi.

Sejak akhir pekan lalu, Tribun.timur.com sudah mengonfirmasi tiga nomor kontak Annar Salahuddin Sampetoding, namun gagal.

Konfirmasi terakhir Tribun Timur Senin (23/12/2024) pukul 16.00 Wita juga tak kunjung dibalas.

Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono berjanji akan segera menangkap tiga DPO yang berlum terciduk tersebut.

"DPO ini akan kita tangkap juga dan akan tuntas nanti kita periksa," tegasnya.



Baca juga :