"MILIH SYIAH ATAU WAHABI?"
Tanggapan Ustadz Muhamamd Abduh Negara:
*Lagi rame jejak digital Ustadz Muhammad Nuruddin (ss di atas)
Dari perspektif Asy'ariyyah, madzhab aqidah yang dianut sang ustadz (yang sedang ramai dibicarakan saat ini), seharusnya Asy'ariyyah lebih dekat dengan Wahhabiyyah dibandingkan dengan Syiah.
Perbedaan Asy'ariyyah dan Wahhabiyyah memang cukup tajam, seputar definisi iman, makna ibadah, asma dan sifat Allah, dan semisalnya.
Namun dalam sekian isu lain, soal imamah, 'adalatush shahabah, fadhlu (keutamaan) Abi Bakr dan 'Umar, dan banyak hal lainnya, keduanya sama, dan berbeda dengan Syiah.
Bahkan, para ulama Wahhabiyyah maupun leluhurnya Wahhabiyyah, sangat beririsan dalam madzhab-madzhab fiqih dengan Asy'ariyyah. Ibnu Taimiyyah, Ibn al-Qayyim, Muhammad bin Abdul Wahhab, Ibn Baz dan Ibn al-'Utsaimin, bermadzhab Hanbali, salah satu dari madzhab fiqih yang empat. Sedangkan Syiah, punya madzhab fiqih tersendiri di luar Madzhab Empat.
Soal intelektual, meski harus diakui banyak intelektual dan pemikir Syiah yang cukup terpandang dalam dunia pemikiran, namun para intelektual Wahhabi juga tidak sedikit, baik dulu maupun sekarang. Sosok Ibnu Taimiyyah sebagai tokoh sentral "leluhur wahhabiyyah", diakui keluasan wawasannya dalam naql dan kecerdasannya dalam 'aql, oleh kawan maupun lawan.
Lalu mengapa sang ustadz lebih memilih kecondongan pada Syiah dibandingkan pada Wahhabi? Tentu jawaban pastinya, ada di benak sang ustadz sendiri. Pilihan sikap, selalu sangat subyektif.
πNamun dari beberapa indikasi yang ada, kemungkinannya adalah, sang ustadz berada pada lingkungan dan pusaran pertikaian Asy'ariyyah/Shufiyyah vs Wahhabiyyah.
Ini bisa dilihat dari almamater maupun guru-guru yang paling memberi pengaruh padanya. Karena itu, semangat "kebencian" dan "permusuhan" terpatri cukup kuat.
Sedangkan pada Syiah, tampaknya tidak ada pertikaian yang serupa. Mungkin karena perbedaan dengan Syiah sudah cukup jelas, dan tidak ada saling klaim. Salah satu contohnya, Syiah tidak pernah mengklaim dirinya adalah Ahlus Sunnah. Berbeda dengan Asy'ariyyah dan Wahhabiyyah, yang saling mengklaim label tersebut.
Kadang, pertikaian memang terjadi antara saudara dekat. Dengan orang jauh, sudah sama-sama tahu saja.
(*)