Konon katanya kitab yang mempengaruhi budaya "feodalisme" di kalangan pesantren adalah kitab Ta'lim muta'alim..
Memang betul, di dalam kitab tersebut memuat beberapa larangan ketika berhadapan dengan guru seperti tidak boleh berjalan di depan guru, tidak boleh duduk di tempat duduknya guru, tidak boleh memulai pembicaraan kecuali atas perkenanannya, tidak boleh ngobrol dengan guru dg obrolan yang tidak perlu, dan tentu saja tidak boleh membuat hati guru kecewa apalagi sampai mengkritik gurunya, jelas itu larangan besar..
Dalam praktek penekanannya kitab tersebut sering kali menggunakan diksi "tidak manfaat ilmunya" yang pada akhirnya berkembang menjadi "awas kuwalat, tidak barokah !!"
***
Praktek semacam ini satu sisi ada baiknya, terutama sebagai kontrol sosial dan kontrol kesadaran supaya seorang murid itu patuh dan bisa menerima transformasi ilmu dengan baik..
Kita juga melihat contoh² masyaikh kita yang mencontohkannya, semisal Syaikhona Kholil bangkalan, beliau itu menghormati bukan hanya dengan gurunya saja, tetapi juga keluarga dan keturunan gurunya bahkan sesuatu yang berkaitan dengan gurunya, bahkan dengan kuda yang satu daerah dengan gurunya pun beliau segan..
Suatu ketika syaikhona kholil berpergian menuju suatu tempat naik dokar, ketika hendak naik beliau memperhatikan kuda yang dikendarainya, kayaknya ada yang janggal dengan kuda itu..
Akhirnya beliau bertanya, darimana kuda itu? Dijawab pak kusir, "itu kuda dari Bima, kiai"
Setelah Syaikhina kholil mendengar jawaban pak kusir beliau langsung turun dari dokar, pak kusir pun bingung ada apa?? Lalu pak kusir bertanya mengapa anda tidak jadi naik dokar ini tuan??
Akhirnya beliau menjawab, karena salah satu guruku berasal dari Bima, saya keberatan dan khawatir atas itu, bisa jadi kuda ini adalah keturunan kuda yang pernah ditunggangi guruku atau putra²nya.
***
Disisi lain, praktek semacam ini sering disalah gunakan oleh oknum² yang tidak bertanggung jawab untuk mengeksploitasi santri dan menjadikannya perbudakan spiritual sehingga memproduksi manusia² inferior yang tidak kritis dan bungkam atas penyelewengan² yang dilakukan oleh oknum tersebut atas nama kuwalat..
(Tsabit Abi Fadhil)
Istri Miftah berbagi roti dengan para santri di Ponpes pic.twitter.com/bKVBNR7MYP
— MasBRO 🦉🫶 (@MasBRO_back) December 11, 2024