Apa itu sekte Alawi, agama mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad?
Lengsernya Bashar al-Assad dari jabatannya sebagai presiden Suriah praktis mengakhiri kekuasaan dinasti Assad yang telah memerintah negara tersebut sejak 1970.
Bashar al-Assad mewarisi kekuasaan dari ayahnya, Hafez al-Assad. Keluarga ini disebut menganut sekte Alawi, suatu aliran ajaran Syiah.
Mereka berkuasa di negara yang mayoritas penduduknya beragama Sunni.
Apa itu Alawi atau Alawit?
Kaum Alawi muncul pada abad ke-10 di Irak.
Tapi hanya sedikit yang diketahui tentang kepercayaan dan ajaran mereka karena, menurut para pemimpinnya, mereka harus bersembunyi untuk menghindari penganiayaan.
Namun sebagian besar sumber menyebutkan nama "Alawi" mengacu pada penghormatan mereka terhadap imam Ali, yang merupakan menantu dan sepupu Nabi Muhammad.
Kaum Alawi disebut-sebut memiliki keyakinan yang sama dengan ajaran Syiah, bahwa Ali adalah penerus sah Nabi Muhammad sebagai pemimpin Muslim setelah wafat pada tahun 632.
Bedanya, kaum Alawi tidak menganggap Ali adalah manifestasi Allah—sebuah keyakinan yang dinilai sesat oleh kaum Sunni.
Pada 2016, para pemimpin sekte Alawi di Suriah merilis sebuah dokumen yang diperoleh BBC.
Dokumen setebal delapan halaman itu disebut sebagai "deklarasi reformasi identitas" kaum Alawi yang menyatakan bahwa mereka mewakili model ketiga "dari dan di dalam Islam".
Dalam dokumen tersebut para pemimpin Alawi menegaskan keyakinan mereka "didasarkan pada menyembah Tuhan".
Mereka juga menyatakan "Al-Quran adalah satu-satunya kitab suci dan rujukan yang jelas tentang kualitas kami sebagai orang Muslim".
Dalam dokumen itu, para pemimpin Alawi menekankan bahwa Alawisme berbeda dengan Syiah—meskipun mereka mengakui memiliki beberapa sumber yang sama,
Para pemimpin Alawi menyatakan menolak fatwa dari para ulama Syiah terkemuka yang berusaha untuk "mengambil alih Alawi dan menganggap Alawisme sebagai bagian integral dari Syiah".
Lebih lanjut, para pemimpin Alawi menyatakan telah memasukkan unsur-unsur agama lain ke dalam tradisi mereka, terutama Yudaisme dan Kristen.
Tetapi, kata mereka, hal itu "tidak boleh dilihat sebagai penyimpangan dari Islam, namun sebagai unsur-unsur yang menjadi saksi atas kekayaan dan universalitas kami".
Selama ini anggapan bahwa kaum Alawi memandang Ali sebagai Tuhan dalam wujud manusia memicu kemarahan sebagian kalangan Muslim Sunni ortodoks yang menyebut pandangan tersebut sebagai penghinaan.
Muslim Sunni menilai pandangan kaum Alawi mengenai sosok Ali sebagai ajaran sesat.
Tapi, sejumlah cendekiawan berpendapat bahwa anggapan bahwa kaum Alawi memandang Ali sebagai Tuhan dalam wujud manusia adalah salah kaprah.
Kaum Alawi, menurut sejumlah cendekiawan, sebenarnya percaya Ali adalah zat, bukan manusia.
Melalui Ali, para pengikutnya bisa mencoba "memahami Tuhan".
Selain prinsip-prinsip utama Islam, kaum Alawi menjalankan dua prinsip lainnya yakni "jihad" atau perjuangan dan "waliya" atau pengabdian kepada Imam Ali dan keluarganya.
Secara tradisional, banyak praktik dari kaum Alawi yang dilakukan secara rahasia dan sejalan dengan adat taqiyyah umat Syiah yaitu praktik menyembunyikan keyakinan seseorang demi menghindari penganiayaan.
Kaum Alawi juga dipandang oleh Muslim lain di Timur Tengah sebagai kaum yang sangat liberal atau bahkan sekuler.
Untuk diketahui, kaum Alawi di Suriah terpusat di pesisir Mediterania negara itu, seperti di kota-kota pelabuhan Latakia dan Tartous.
Kaum Alawi juga terdapat di bagian utara Suriah hingga melintasi perbatasan Turki di Provinsi Hatay dan Lebanon utara.
Keterlibatan Alawi ke dalam politik Suriah
Pada 2012, kaum Alawi mencakup 12% dari populasi di Suriah atau kurang dari tiga juta orang.
Meski minoritas, kaum Alawi saat itu memegang kendali di Suriah yang mayoritas penduduknya beragama Sunni selama lebih dari 40 tahun.
Setelah kudeta pada 1970 yang dipimpin oleh ayah Bashar al-Assad, Hafez, kaum Alawi mengonsolidasikan kekuasaan atas lembaga-lembaga utama dan aparat keamanan Suriah.
Identitas Hafez sebagai seorang penganut Alawi membantunya mendapatkan kesetiaan dari kelompok-kelompok minoritas lainnya di Suriah.
Kepada kelompok minoritas, ia menjanjikan pemenuhan hak dan perlindungan.
Dalam buku The Alawis of Syria, Profesor Kerr menulis bahwa Bashar al-Assad "mengambil keputusan strategis untuk memfasilitasi narasi sektarian dan kontra-narasi yang... mungkin dengan sengaja mengekspos komunitasnya pada logika reduksionis dari kekuatan-kekuatan Islamis yang paling ekstrem".
Profesor Kerr kemudian menyimpulkan masa depan kaum Alawi di Suriah "tetap terkait dengan rezim Assad; mereka menjadi sandera pendekatan realpolitik Bashar terhadap konflik zero-sum yang melampaui batas wilayah Suriah, yang hasilnya akan sangat penting bagi keseimbangan kekuatan di masa depan kawasan tersebut".
Realpolitik adalah politik yang didasarkan pada tujuan praktis dan bukan pada moral atau ideologi.
Adapun mengenai dokumen tahun 2016, Kerr berkata: "Sangat penting para pemimpin komunitas Alawi menekankan bahwa mereka bukanlah cabang dari Islam Syiah, tetapi komunitas agama Muslim yang terpisah yang berasal dari dan di dalam Islam".
Ia menambahkan: "Perkembangan ini menandai pergeseran penting dari upaya rezim sebelumnya untuk mengarahkan komunitas tersebut lebih dekat ke Syiah saat di bawah Hafez al-Assad."
Kerr melanjutkan: "Mereka tampaknya ingin berkata bahwa mereka adalah penganut agama Abraham dan mereka ingin diperlakukan seperti itu daripada sebagai sekte Syiah minoritas. Selain itu mereka ingin identitas ini diterima dan dihormati di Suriah".
Bagaimana sekarang?
Dilansir dari Reuters, usai jatuhnya Bashar Al-Assad, pasukan pemberontak Suriah bertemu dengan tokoh Alawi di kampung halaman Assad.
Kaum Alawi menyatakan dukungannya kepada pemerintahan baru Suriah.
Delegasi pemberontak mengunjungi kampung halaman Assad di Qardaha di pegunungan Provinsi Latakia di barat laut Suriah.
Mereka bertemu dengan puluhan tokoh agama, tetua adat dan lainnya di balai kota untuk berdiskusi.
Setelah itu sejumlah tokoh Alawi menandatangani pernyataan dukungan terhadap pasukan oposisi.
Sejumlah penduduk mengatakan delegasi tersebut berisi anggota Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan Tentara Pembebasan Suriah, kelompok Sunni yang memimpin pemberontakan.
Kelompok ini telah lama dicap oleh Assad sebagai teroris yang akan membantai orang-orang Alawi jika dia jatuh.
(Sumber: BBC)