Kadang saya penasaran, mereka ini jadi bodoh setelah fanatik ke politikus tertentu, atau karena bodoh dari lahir jadi gampang fanatik ke politikus tertentu.
Bayangkan, demi membela politikus idola, mereka rela mempertontonkan ketololan di media sosial.
Membicarakan kasus peternak yang membuang puluhan ribu liter susu karena produksi susu sapi mereka tidak terserap, dengan entengnya mereka menyalahkan peternak. "Kok gak disimpan dulu? Setelah harga bagus baru dijual.", "Kok gak diolah jadi komoditas lain seperti keju, lalu keju itu dijual? Kan bisa jadi nilai tambah", kata mereka. Atau "Kenapa gak dibagikan ke tetangga daripada dibuang?" misalnya.
Kalau tidak mengalami sendiri masalahnya emang mengomentari itu mudah sekali. Mereka kira cuma butuh dijemur susu bakal jadi keju sendiri. 🤣🤣🤣
Bikin keju juga butuh ilmu. Butuh alat. Untuk membangun pabrik keju juga butuh modal, butuh tempat, butuh tenaga kerja, dan butuh waktu. Dan setelah jadi, keju itu juga harus dipasarkan.
Tidak bisa baru beberapa hari kelebihan produksi lalu tiba-tiba di samping peternakannya sudah berdiri pabrik keju. Dan tau-tau sudah ada pembelinya.
Kok nggak dibagiin ke tetangga?
Kelebihan produksinya bukan cuma seliter dua liter, Bos. Yang tidak terserap itu jumlahnya puluhan ribu, bahkan hampir ratusan ribu liter. Dan ini setiap hari. Bagaimana cara membaginya, sementara sapi-sapinya memproduksi susu terus setiap hari? Bisa mikir gak sih?
Kalau per tetangga diberi 10 liter misalnya, berarti butuh sekitar 5.000 - 10.000 tetangga untuk dibagikan. Bisa membayangkan gak betapa repotnya membagikan puluhan liter susu ke 5.000 orang dalam satu hari? Dan butuh tempat juga seperti kantong plastik atau dirigen. Beli lagi. Butuh duit lagi. Emang susunya mau dibagikan pakai sedotan? 🤣🤣🤣
Ada juga yang membandingkan dengan tetangganya yang jualan sayur, yang kalau gak habis sayurnya dibagikan ke pelanggan. Ya Tuhan, ini orang otaknya ke mana? Masak over produksi sekelas produsen disamakan dengan sisa stok pengecer?! 😂
(WENDRA SETIAWAN)
*fb