Sejak dari awal, pendirian negara Israel adalah "penjajahan dan pembersihan etnis yang terencana".
Pada tahun 1914, Moshe Sharett (ke depan adalah perdana menteri Israeli) menyatakan:
"We have forgotten that we have not come to an empty land to inherit it, but we have come to conquer a country from a people inhabiting it…. If we seek to look upon our land, the Land of Israel, as ours alone and we allow a partner into our estate—all content and meaning will be lost to our enterprise.”
("Kita sudah lupa bahwa kita tidak datang ke tanah kosong untuk mewarisinya, tetapi kita datang untuk menaklukkan suatu negara dari penduduknya…. Jika kita ingin menganggap tanah kita, Tanah Israel, sebagai milik kita sendiri dan kita mengizinkan mitra memasuki tanah milik kita—semua isi dan makna akan hilang dari usaha kita.”)
Sumber:
Pada tahun 1947, Yosef Weitz, Director of the Jewish National Fund’s Land Settlement Department, menuliskan:
“It must be clear that there is no room in the country for both peoples…The only solution is a Land of Israel without Arabs…There is no way but to transfer the Arabs from here….Not one village, not one tribe should be left. And the form of the transfer needs to be the creation of a refuge for them in Iraq, in Syria and even in Transjordan. There is no other way out."
(“Harus jelas bahwa tidak ada tempat di negara ini untuk kedua bangsa…Satu-satunya solusi adalah Tanah Israel tanpa orang Arab…Tidak ada jalan lain selain memindahkan orang Arab dari sini….Tidak satu desa pun, tidak satu suku pun boleh ditinggalkan. Dan bentuk pemindahan itu harus berupa penciptaan tempat perlindungan bagi mereka di Irak, di Suriah, dan bahkan di Transyordania. Tidak ada jalan keluar lain.")
Sumber:
David Ben Gurion, perdana menteri Israel pertama menulis:
"In many parts of the country new settlement will not be possible without transferring the [Palestinian peasants]... Jewish power, which grows steadily, will also increase our possibilities to carry out the transfer on a large scale."
"With compulsory transfer we [would] have a vast area [for settlement]. I support compulsory transfer. I don't see anything immoral in it."
("Di banyak bagian negara ini pemukiman baru tidak akan mungkin dilakukan tanpa memindahkan [para petani Palestina]... Kekuatan Yahudi, yang terus tumbuh, juga akan meningkatkan kemungkinan kita untuk melakukan pemindahan dalam skala besar."
"Dengan pemindahan wajib, kita [akan] memiliki wilayah yang luas [untuk pemukiman]. Saya mendukung pemindahan wajib. Saya tidak melihat ada yang tidak bermoral di dalamnya.")
Sumber: