Saya jijik sekali baca berita ini. Muak.
Bukan jijik kepada keluarga korban polisi yang ditembak. Melainkan jijik ke pemimpin di negeri ini.
Wahai para pemimpin, kamu lihat cerita ini. AKP Ryanto Ulil, polisi yg ditembak polisi lain, tiga bulan lalu pernah menelepon ibunya, Ibu Christina. Dia bertanya, apakah Ibu-nya mengizinkan jika dia keluar dari polisi.
Wahai pemimpin-pemimpin di negeri ini, kalian bayangkan pergulatan bathin Ryanto Ulil ini. Dia tidak kuat lagi di sana. Menyaksikan polisi-polisi lain yang kotor, melindungi penjahat, bekerjasama dalam kejahatan. Ryanto Ulil ingin keluar.
Sekarang, setelah Ryanto Ulil ditembak mati oleh polisi lain, kamu bayangkan suasana sedih keluarganya! Apa coba perasaan Ibunya yang tidak mengizinkan anaknya keluar? Anaknya mati sekarang.
Ujung ke ujung, hal-hal begini dipertontonkan. Di sekolah, guru-guru idealis hanya bisa mengurut dada menyaksikan proyek-proyek korup kepsek, guru-guru lain, suap menyuap masuk sekolah, contek menyontek. Di kantor polisi, polisi-polisi yg berusaha lurus harus makan hati tiap hari melihat teman-temannya yg malah jadi penjahatnya. Jaksa-jaksa, hakim-hakim yg masih punya nurani, juga dipaksa melihat rekan-rekannya sendiri main mata dgn tersangka. Bergelimang harta entah dari mana.
Di kantor-kantor pajak, perizinan, BPN, dll, masih banyak pegawai-pegawai yg jujur, harus tutup mata, tutup telinga melihat atasan, teman-teman kantornya korup, suap, dll.
Dan kamu, wahai pemimpin-pemimpin negeri, kamu kemana saja? Kamu cuma ngoceh sok mau memberantas korupsi, sementara kamu dikelilingi orang-orang jahatnya?
Itu semua tanggungjawabmu kelak. Dalam kasus polisi mati ini, kalian pemimpin-pemimpin polisi, mulai dari atasan langsung Ryanto Ulil, kapolda, kapolri, sorry, hisab kalian kelak di akherat tdk akan mudah. Dan itu akherat! Elu kagak bisa pakai Paman, Ordal, nyuap, dll.
Terakhir, wahai Ibu Christina, Ibunda Ryanto Ulil, anak Ibu memang mati. Tapi dia mati atas prinsip-prinsip yg dipegangnya. Anak Ibu memang mati. Tapi dia mati dalam proses berusaha menjadi orang baiknya. Jadi Ibu tdk usah sedih. Itu sungguh sebuah kehormatan, menjadi Ibu seorang polisi, penegak hukum yg sungguh-sungguh berusaha lurus.
(By TERE LIYE)
*fb