Penolak Ilmu Nasab akhirnya menelan ludah sendiri
Oleh: M Maki
Adnan adalah tokoh legendaris yang dianggap sebagai nenek moyang dari suku-suku Arab utara, khususnya dari kalangan Quraisy, yang merupakan suku Nabi Muhammad SAW. Dalam banyak catatan genealogis Islam, Adnan dipandang sebagai salah satu nenek moyang yang paling dihormati, dan terdapat klaim bahwa ia berasal dari keturunan Nabi Ismail bin Nabi Ibrahim.
Beberapa catatan genealogis tradisional menyatakan bahwa Adnan adalah keturunan dari Nabi Ismail bin Ibrahim. Namun, sejarah modern cenderung meragukan keabsahan narasi ini karena kurangnya bukti arkeologis atau historis yang mendukung klaim tersebut. Para ahli sejarah modern percaya bahwa genealogis Adnan lebih bersifat simbolik dan mungkin merupakan rekonstruksi yang dilakukan oleh penulis Arab kuno untuk mengaitkan diri mereka dengan asal-usul yang mulia, seperti Ismail.
Sumber-sumber tradisional Islam seperti "Tarikh al-Tabari" dan "Kitab al-Aghani" mencatat silsilah Adnan, tetapi banyak bagian dari silsilah tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen. Pada saat yang sama, pendekatan sejarah modern menganggap banyak dari catatan tersebut sebagai hasil dari konstruksi naratif daripada dokumen sejarah yang benar- benar faktual.
Secara umum, sejarah modern menganggap baik Adnan maupun Qahtan sebagai tokoh yang lebih bersifat legendaris dan simbolik, ketimbang tokoh historis yang dapat dipastikan keberadaannya. Bukti-bukti arkeologis dan historis yang mendukung klaim tentang mereka sangat terbatas, dan banyak dari informasi yang kita miliki berasal dari sumber-sumber yang ditulis jauh setelah periode yang mereka klaim. Sumber-sumber ini lebih sering dilihat sebagai bagian dari upaya untuk membangun narasi kolektif atau identitas bagi suku-suku Arab pada masa itu, terutama dalam kaitannya dengan kebanggaan atas asal-usul mereka.
Dari pandangan sejarah modern kita bisa mengetahui bahwa memproyeksikan tokoh tertentu dalam haplogroup adalah bersifat spekulatif, membuktikan ke historisan tokoh Adnan dengan sumber sejaman saja hal mustahil kecuali menelan ludah sendiri untuk kembali dengan cara tradisional melalui Ilmu Nasab yang disebut oleh mereka (kalangan penolak ilmu nasab) sebagai "ilmu bangkai".