Nasehat Untuk PKS (kalo masih mau menerima nasehat)

Oleh: Arsyad Syahrial

Kenapa RK-Sus kalah di Jakarta? Well, mungkin tak perlu analisa-analisa ideologis, tapi cukup lihat bahwa "rational voters" (pemilih rasional) di Jakarta itu di atas level Nasional.

Sederhananya, "kalau tidak beres" maka akan "diberi hukuman", yang mana itu terlihat dalam Pileg DKI dari waktu ke waktu.

Lihatlah dulu PPP itu juara di DKI. Sekarang? Kemudian PDIP di 1999 menang di DKI, lalu dianggap tak perform, maka rational voters memberikan "hukuman" di 2004, dan PKS yang juara. Lalu ketika PKS dianggap tak perform, maka "dihukum" dan PDIP pun juara lagi di Jakarta sampai di 2024 lalu, di mana PDIP dianggap tak perform maka PDIP pun diberi "hukuman" hingga PKS pun juara di Pileg 2024.

Setelah beberapa bulan PKS menang dalam PilLeg 2024 lalu, para rational voters memberikan "hukuman" lagi kepada PKS dengan menjatuhkan pilihan ke Pramono-Rano. Itu karena mereka menganggap tindakan PKS tidak benar karena meninggalkan calon yang diusungnya sendiri (Anies Baswedan) dan memilih gabung ke KIM++ dan mengusung calonnya. Apalagi ditambah pula dengan dukungan PKS kepada menantunya Jokowi.

Rational voters ini mempengaruhi juga daerah sekitar Jakarta, bahkan sepertinya sampai ke Jabar juga. Bahkan secara Nasional, pemilih PKS itu rational voters-nya paling besar.

Well, bisa saja sih rational voters ini dikatakan sebagai "baper voters" or whatever… namun yang jelas mereka sudah menunjukkan "power"-nya.

Oya, ada survey yang menunjukkan bahwa hanya 30% pemilih PKS yang memilih Paslon 01. Selebihnya ke mana? Well… itulah rational voters, mereka ogah memilih walau sudah pakai himbauan bahkan fatwa segala.

Kita mungkin berharap dengan kalahnya paslon CaKaDa dari internal PKS sendiri (bukan cuma yang didukung) benar-benar dijadikan pelajaran bagi PKS agar:

(1) Tidak lagi meremehkan suara konstituen PKS, karena kebanyakan adalah rational voters.

(2) Melakukan evaluasi lagi keberadaannya di KIM++ itu benar bermanfaat bagi PKS (sehingga mendukung membabi buta sampai Dinasti Jokowi pun didukung), atau PKS cuma dimanfaatkan untuk mendorong mobil mogok?

(3) Jangan lagi menyalah-nyalahkan pemilih yang tidak memilih. Salahkanlah partai sendiri, akui dengan jujur keputusan Majelis Syuro salah. Toh orang-orang yang duduk di Majelis Syuro itu bukanlah sosok yang maksum. Begitu pula tidak ada jaminan keputusannya itu pasti bebas dari kesalahan.

Jangan terus berlindung di balik motto "keputusan Syuro walau salah adalah lebih baik daripada keputusan perseorang walau benar". Mana ada begitu, berkah itu adalah menetapi al-Ḥaqq walaupun bersendirian.

Kalau tidak, 2029 bukan tidak mungkin akan jadi lebih buruk daripada 27 November 2024 kemarin bagi PKS. Hal itu sama-sama tidak kita inginkan, bukan?

(*)
Baca juga :