Awalnya ia tak berniat tinggal di Jepang, tapi nasib berkehendak lain.
Yuanas tak pernah menyangka ia bakal menjadi warga Jepang. Pada tahun 2011 lalu, ia dan sang istri yang merupakan warga Jepang, pergi ke negeri sakura itu untuk melegalkan pernikahan mereka. Kepulangannya ke Indonesia justru tertunda gara-gara gempa bumi.
Gempa yang menimpa Jepang pada tahun 2011 lalu membuat kepulangan Cak Anas ke Indonesia tertunda. Niatnya pulang ke Tanah Air kembali tertunda setelah sang istri hamil anak pertamanya.
Sang mertua akhirnya meminta Cak Anas membantu menggarap lahan pertanian, sembari menunggu mendapatkan pekerjaan lain.
Cak Anas kemudian diterima bekerja di pabrik mesin pertanian ternama di Jepang, yakni Kubota.
Setelah berhenti kerja dari pabrik Kubota, Cak Anas fokus menjadi petani. Dari yang awalnya menggarap lahan milik mertuanya, ia lalu diminta menggarap banyak lahan milik para lansia lain.
Saat ini, Cak Anas sudah memiliki 30 hektare lahan pertanian yang ia kelola secara modern. Bahkan, lahan seluas itu hanya ia kerjakan bersama sang istri. Pekerjaannya sebagai petani begitu mudah karena memanfaatkan mesin-mesin pertanian modern.
Pasutri ini juga tidak pernah kesulitan menjual hasil pertaniannya. Mereka menjual padi ke koperasi pertanian dan ubi ke pabrik. Berkat kerja kerasnya, mereka sangat dihormati oleh banyak orang Jepang maupun Indonesia.
(Sumber: Wirausaha Pertanian, Merdeka.com)