Umat Islam, bahkan dainya, saat ini, sadar tidak sadar "dipaksa" untuk bersikap toleran secara kebablasan. Dan ini jelas tidak sesuai dengan petunjuk Diin (Agama) ini.
Misalnya:
1. Salam lintas agama, yang semakin marak, terutama di kalangan pejabat.
2. Memilih pendapat bolehnya mengucapkan tahniah perayaan non-muslim, seperti natal, dll., yang meskipun difatwakan oleh kibar ulama, namun tidak tepat diterapkan di negeri kita. Saya sudah pernah mengulasnya, dulu sekali.
3. Penyambutan Paus secara berlebihan, seperti pembacaan al-Qur'an dan Injil/Bibel di hadapannya di Istiqlal, dihentikannya siaran azan di TV untuk menyiarkan misa, dll.
4. Termasuk, meminta mahasiswa non-muslim membacakan Injil/Bibel, bukan dalam konteks dakwah/debat/meluruskan pemahaman, di acara penyambutan maba di sebuah kampus.
Semua contoh di atas, dan yang semisalnya yang cukup banyak, semuanya punya spirit yang sama, yaitu "toleransi kebablasan".
(Ustadz Muhamamd Abduh Negara)