SYEKH YAHYA, SANG LEGENDA

SYEKH YAHYA, SANG LEGENDA

Yahya itulah nama legenda jihad itu.
Ia biasa dipanggil “Abu Ibrahim”.

Hari itu, impiannya terwujud indah.
Ia duduk sebagai pemberani yang gagah,
di atas mahligai terakhirnya di dunia.
Mahligai yang bertahta di tengah puing runtuh.
Tubuhnya penuh debu perjuangan.
Kakinya terluka parah.
Lengan kanannya juga sama,
hingga ia terpaksa mengikatnya.
Mungkin sekadar meredam rasa sakitnya.

Tapi,
Syekh Yahya tetap gagah di “singgasana” itu.
Bersiap menuntaskan jihadnya,
demi meraih impian tertingginya:
Syahid di jalan Allah,
di usianya yang 62 tahun itu!

Syekh Yahya duduk dalam tenangnya,
bertelekan pada tongkatnya,
ia menolak untuk lemah di ujung jihadnya,
meski luka-luka telah menggerogotinya.

Hingga tibalah saat itu...
Musuh pengecut itu hanya berani
mengirimkan sebiji drone untuknya.
(Yah, bahkan di saat-saat tak berdayanya itupun,
Zionis pengecut itu bahkan tak berani mendekatinya!)

Syekh Yahya menengokkan wajahnya.
Wajah seorang mujahid pemberani.
Wajah yang dipenuhi debu yang berjatuhan.
Wajah yang terbalut indah dalam kafiyehnya.

Tanpa berbicara sepatah kata pun,
melalui tengokan wajah indahnya itu
ia seperti berbicara pada dunia:
“Aku ada di sini:
di garis depan bersama anak-anak pejuangku.
Aku ada di sini:
memimpin jihad ini dengan tubuhku.
Aku ada di sini:
Bukan di dalam terowongan bersembunyi
dalam tameng hidup tawanan sipil Yahudi!
Aku ada di sini:
Bukan bersembunyi di tengah para pengungsi!
Aku ada di sini:
Bukan di dalam suite room termewah di Burj Dubai!
Yah, aku ada di sini:
duduk dalam bahagia di dalam hati,
menanti saat terindah yang kuimpikan:
gugur syahid membela Masjidil Aqsha dan bumi Palestina!”

Allahu Akbar!
Seorang mujahid memang tak perlu banyak bicara.
Dengan tengokan wajahnya yang indah itu,
Abu Ibrahim telah membungkam semua dusta propaganda Zionis!

Hingga akhirnya,
Abu Ibrahim menutup jihadnya
dengan melemparkan bilah tongkatnya,
sebagai pesan untuk kita semua:
berjihadlah, berjuanglah
hingga di sisa tenagamu yang paling akhir!

Dan, tidak lama kemudian,
tuntaslah misinya di dunia fana ini.
Syekh Yahya, Abu Ibrahim menutupnya sungguh indah.
Dalam tubuh penuh luka dan debu medan jihad
yang kelak akan bersaksi di Yaumil Hisab.

RahimakaLlah rahmatan waasi’ah, ya Aba Ibrahim,
wa ja’alaka min al-Syuhada’a fi sabilihi...

***

Dan begitulah...
Adegan yang indah itu,
akan selalu menjadi legenda hidup
tentang seorang mujahid pemberani
yang menghidupkan kembali untuk kita
nyala api jihad agar tetap membara!

Adegan yang indah itu,
akan menjadi pengingat setiap waktu:
bahwa perjuangan ini akan terus berlanjut,
hingga kita menang,
atau gugur dalam kemuliaan syahadah.

Para pemberani akan memejam matanya
dalam jiwa bahagia memenuhi ruhnya.
Tapi, para pengecut takkan pernah bisa
terlelap dalam bahagia sebenarnya.

Akhukum,
Muhammad Ihsan Zainuddin
Baca juga :