Kita itu suka banget memang ribut-ribut. Kenapa nggak dibuat simpel, jangan habiskan energi buat ribut-ribut sih?
1. Kemenag segera pasang algoritma di sistemnya, siapapun yg submit nama-nama 'setan', 'tuyul', 'babi', 'rhum', 'wine', dll untuk mendapatkan sertifikat halal, maka langsung reject (tertolak) oleh sistem. Mau self declare kek, mau jalur mana kek, sekali sistem mengenali nama-nama terlarang tsb, reject!
2. Yang sudah terlanjur dapat, segera take down, minta mereka ganti nama, proses ulang.
3. Masalah selesai. Dan tidak terulang lagi.
Capek banget lihat pejabat-pejabat di negeri ini bukannya menyelesaikan masalah, malah kemana-mana. Defensif. "Ohh, itu cuma perbedaan pendapat penamaan. Produknya halal kok. Oohh, di sebelah juga boleh kok pakai nama-nama itu."
Duh Rabbi, justeru itu, dengan kasus ini viral, kamu mulai dengan kebijakan yang lebih kokoh. Sistem yg lebih mantap. Bisa? Biar produk-produk yg menurutmu sudah halal ini, tidak pakai nama-nama terlarang. Itu kan masalahnya?
Alangkah baiknya, saat ini energi seluruh stakeholder Jaminan Produk Halal bersama masyarakat dan pelaku usaha digunakan untuk menyukseskan kewajiban sertifikat halal yang sudah semakin dekat. Paham? Dan dimulai dari kamu. Dengan memperbaiki sistem, agar hal-hal ini tdk terulang lagi.
Jangan sampai 2025, lagi-lagi ribut soal makanan dgn nama-nama begini. Dan kamu lagi-lagi defensif. Nggak pernah punya solusinya. Capek tahu.
(By TERE LIYE)