Raja Yordania yang katanya keturunan Nabi.... kelakuannya memalukan...

Catatan Faisal Lohy:

Banyak yang bertanya: kenapa Yordania begitu ngotot bela Israel, bergerak cepat menembak jatuh Rudal Iran yang dikirim ke Israel?

Iran menembakan rudalnya dengan target terorientasi. Yakni menyasar pangkalan dan infrastruktur vital militer Israel. Salah satu tujuannya untuk memberi tekanan Israel kurangi intensitas serangannya ke Wilayah Gaza dan Lebanon.

Kenapa Yordania tidak mendukung Iran yang berarti juga mendukung Palestina dan Lebanon? Kenapa harus berusaha menggagalkan kiriman rudal Iran ke Israel?

Banyak pertimbangan ambisi Geopolitik, Geoekonomi, Geostrategis yang melandasi keberpihakan Yordania terhadap Israel. Salah satunya UANG dan UTANG.

Yordania sejak dipaksa Amerika normalisasi hubungan dengan Israel lewat perjanjian Wadi Araba pada 26 Oktober 1994 lalu lewat mediasi Bill Clinton, selalu bergerak di bawah kendali Amerika. Salah satunya, temani Mesir yang sudah lebih dulu dikooptasi lewat perjanjian Kamp David, menjadi pelopor normalisasi hubungan negara-negara Arab lainnya dengan Israel.

Buntutnya, Yordania dilemahkan dan harus merelakan Yerusalem Timur serta Tepi Barat ke tangan Israel sejak direbut pada 1967. Hal ini turut berdampak pada rusaknya upaya inisiatif perdamaian Arab dengan ekses yang sangat merugikan kemerdekaan Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai Ibu Kota.

Sejak Era Trump hingga saat ini, Yordania memainkan peranan penting sebagai kacung Geopolitik Amerika lewat Abraham Accord sebagi frame terbaru memprovokasi dan mendorong negara-negara Arab berdamai dengan Israel.

Yordania didorong menjadikan Israel sebagai Aliansi vital dan strategis di Timur Tengah. Banyak kompensasi yg diperoleh Yordania hingga hari ini. Salah satunya kemudahan akses bantuan pinjaman program, kredit devisa dan investasi dari Amerika.

Data "Countries That Receive The Most Foreign Aid From The United State" paling mutakhir, menempatkan Yordania sebagai negara penerima bantuan program AS di posisi ke 7 dengan total pinjaman US$ 1,8 Miliar. Hampir 80% derealisasikan atau digunakan untuk pembangunan ekonomi. Sisanya untuk belanja militer.

Bantuan ini menjadi kata kunci Yordania dikendalikan layaknya Troya. Ini mungkin bisa menjawab, desakan Amerika dibalik sikap Yordania yg ngotot bela Israel dengan cara menembak jatuh rudal Iran.

Alasan resmi kerajaan Yordania menembak jatuh rudal Iran, yakni karena melintasi wilyah teritorial udaranya. Langkah ini diambil untuk melindungi kedaulatan dan kemanan dalam negeri.

Kalimat basa-basi yg konyol. Mereka menembak jatuh rudal Iran dengan alasan kedaulatan dan kemanan dalam negeri. Tapi selama hampir 75 tahun, membiarkan rudal, drone nirawak dan jet tempur Amerika, Israel dan sekutu Baratnya melintasi wilayah udara Yordania untuk menghancurkan Palestina, terutama Gaza.

Selain Yordania, ada beberapa negara lain yg menerima pinjaman lebih besar. Misalnya Afghanistan di posisi ke-4 dan Yaman di Posisi ke-5 besar. Hanya saja Afghanistan dan Yaman tidak loyal nuruti Amerika layaknya Yordania.

Kenapa, karena di Yaman, bantuan di terima oleh ketua dewan pimpinan presiden, Rashad al Amini yg dikendalikan presiden Mansour Hadi dari Riyadh, Saudi. Hadi adalah presiden yg sudah digulingkan dan dihusir Houthi pada 2015 lalu.

Sejak itu, Yaman tidak punya presiden, hanya punya dewan pimpinan presiden yg kekuasaannya terhadap Yaman, tidak lebih kuat dari kekuasaan dan kekuatan Houthi (cabang milisi IRGC Iran) yg dipimpin Abdul Malik. Houthi mutlak kuasai Yaman secara de Facto.

Pinjaman Saudi ke Yaman tidak ada urusannya dengan Houthi. Sebaliknya justru untuk memperkuat militer dewan pimpinan presiden Yaman melemahkan kekuatan Houthi.

Itulah kenapa, meskipun tinggi bantuan Amerika ke Yaman, tidak dapat melemahkan Houthi melesatkan rudalnya ke Israel. Houthi mengatur serangan bukan hanya dari bagian provinsi Saada di wilayah utara yaman, bahkan dari pusat ibu kota Yaman.

Berbeda dengan Yordania, sikap Pemerintah Yordania yg dipaksa Amerika bergerak cepat lindungi Israel, dikutuk mayoritas masyarakatnya sendiri. Sejauh ini, respon masyarakat sangat negatif terhadap pemerintah Yordania terkait manuver kerajaan yg bersedia menjadi kacung Amerika untuk diseret secara penuh ke dalam aliansi pendukung kepentingan Barat di Palestina.

Dalam hasil survei The Arab Center for Research and Policy Studies pada Oktober 2023 lalu, terkait opini masyarakat arab di Yordania terhadap sikap Pemerintah Yordania atas penjajahan Israel di Gaza, hasilnya menunjukkan, mayoritas 45% masyarakat menilai posisi dan peran pemerintah Yordania sangat negatif (sangat buruk dan buruk) sementara 40% menilai baik. Sisanya tidak menjawab.

45% masyarakat Yordania yg menilai buruknya respon pemerintahnya, masuk dalam 95% masyarakat di negara arab lainnya yg menilai bahwa masalah Gaza adalah masalah seluruh masyarakat di negara-negara arab.

Mereka juga masuk dalam 94% masyarakat Arab yg menilai Amerika adalah kekuatan utama Israel menjajah Palestina serta 85% masyarakat arab yg menilai posisi Amerika memainkan peran yg sengat negatif dalam memperburuk penjajahan di Gaza.

Masyarat Yordania dan negara arab lainnya, menentang upaya kerja sama negara-negara arab dengan Israel yg dimediasi Amerika. 81% masyarakat menilai normalisasi hubungan apapun dengan Israel berdasarkan skenario Amerika, mustahil berujung pada kemerdekaan Palestina.

Buktinya bantuan mutakhir Amerika ke Israel US$ 3,3 miliar hampir 100% dalam bentuk bantuan militer yg hampir 1 tahun terkahir dipakai untuk lakukan genosida di Gaza.

Mayoritas masyarakat Arab, termasuk Yordania menilai, satu-satunya jalan mewujudkan kemerdekaan Palestina adalah persatuan negara-negara arab perangi dan lenyapkan Israel.

(*)
Baca juga :