PEMBUAL
Apakah gara-gara rakyatnya banyak, maka sebuah negara harus punya banyak Menteri? Tidaaaak.
Lihat screenshot tabel. Silahkan simpulkan sendiri. Negara-negara maju seperti AS, China, yang jumlah penduduknya lebih banyak dibanding kita, kabinetnya jauh lebih ramping.
Kenapa di Indonesia bisa banyak banget? Begitulah. Karena kita negara ber-flower. Dan pejabat-pejabatnya suka membual. "Kita butuh menteri banyak, karena ini negara besar, Bung!" Membual. Banget. Karena China, yang rakyatnya 4x lebih dari kita, bisa beres dengan sedikit Menteri.
Di Indonesia ini, bagi-bagi jabatan adalah hal biasa gitu loh. Dan semua pengen dapat bagian. Saat yang mau dibagi banyak, posisinya sedikit, maka jalan keluarnya adalah: bikin posisi baru. Biar semua kebagian.
Kamu sering belain pejabat di medsos, oke, dapat jatah. Kamu sering bantu-bantu pencitraan, bagus, dapat jatah. Kamu jilatnya mantep betul, oke, kasih jabatan. Kamu punya pasukan hidup mati jilatin pantat saya, sip, dapat jabatan. Kamu bantuin saya dapat gelar akademik, oke maju ke depan. Dll dsbgnya.
Apa sih dampak buruk saat kabinet banyak?
1. Tidak efisien. Jelas banget, ambyar. Mobil menteri harus ditambah, ajudan, sopir, semua nambah. Rumah menteri, nambah.
2. Struktur organisasi dibawahnya ikut melar. Direktorat2 bertambah, otomatis gitu loh. Yang cukup dua, gara2 jadi kementerian pecah jadi empat.
3. Tumpang tindih pekerjaan. Kayak ngangkat meja. Cuma butuh berempat, eh ada 12 orang yang mau angkat, dan semua gila pencitraan, jadilah itu meja malah nggak jelas, jadi diangkat atau sibuk pencitraan.
4. Target kerja tdk jelas, penilaian kinerja mbuh, sistem merit wassalam, substansi masalah tdk pernah tersentuh, dll dsbgnya.
Sungguh, hanya di Indonesia ini saja logika ini dipakai: "semakin banyak menteri, semakin bagus."
Karena di negara2 maju, di perusahaan2 top, mereka sih selalu mementingkan efisiensi, efektifitas. Di sini, agak laen memang. Dan puluhan juta rakyat memvalidasi semua ini. Setuju.
(By TERE LIYE)
*fb