MEMOLES CITRA DEMI KUASA
Mujahid itu bertempur bagaikan Ja’far ibn Abi Thalib di Perang Mu’tah. Meski satu tangannya terluka parah, dengan tangan satunya ia berusaha melempar drone yang mengitarinya dengan bilah kayu yang ada di dekatnya. Hingga sebuah ledakan besar yang ditembakkan dari tank, mengantarkannya ke surga.
Semerbak darah syuhada tercium ke penjuru bumi. Begitupun harum namanya yang selama ini didera bermacam fitnah keji.
Sang Mujahid selalu digambarkan sebagai pemimpin yang hanya bisa bersembunyi di dalam gelapnya tero**ngan. Menggunakan sandera sebagai tameng hidupnya. Bahkan sebagian media Barat menggambarkannya hidup nyaman di negeri orang.
Gambaran nyata kondisinya saat menanti malaikat maut menjemput, yang justru disiarkan musuh, menjadi bantahan bahwa propaganda selama ini hanyalah bualan belaka.
Ia berada di garis depan. Menerjang musuh bak singa yang gagah sendirian. Tak ada sedikitpun rasa takut, karena yang didamba adalah kesyahidan.
Begitulah sejatinya seorang pemimpin. Apa yang telah dicapainya, bagaimana kepemimpinannya, akan dicatat sejarah setelah ia tak lagi berkuasa.
Hari-hari ini Allah sepertinya sedang menunjukkan pada kita, yang mana pemimpin sejati, mana pemimpin imitasi, yang harus mengerahkan ribuan orang untuk ramai-ramai memberinya puja-puji. Menggunakan buzzer dan media untuk mengglorifikasi apa yang tidak seharusnya.
Jakarta, 21/10/2024
(Uttiek)