Maksudnya bagaimana, bro?
Pemerintah boleh-boleh saja mau menyelamatkan Sritex, monggo. Karena perusahaan ini punya belasan ribu karyawan. Tapi kamu pastikan, jangan pakai APBN. Cukuplah BUMN, seperti Garuda, Jiwasraya, dll dsbgnya yang kalian talangi pakai APBN. Juga cukuplah Bank Century yang kalian talangi, khawatir dampak sistemik.
Itu tuh duit rakyat, tidak bisa kalian gunakan buat nalangin utang pabrik tekstil.
Nah, saat Menteri-menteri mempelajari Sritex ini, mencari solusi, semoga kalian dapat hikmahnya loh. Mau tahu tidak apa hikmahnya?
Wah, wah, sorry, saya sih tidak setuju jika Sritex dibilang bangkrut gara-gara produk China membanjiri Indonesia, covid-19, dll dsbgnya. Itu betul, faktor-faktor itu membuat komplikasi. Tapi menurut hemat saya, kenapa Sritex jadi begini? Simpel. Utang.
Silahkan buka laporan keuangan 10 tahun terakhir. Cek rasio utang dengan asetnya. Cek pertumbuhan utangnya. Bahkan sebelum pandemi, cek saja. Sritex punya utang tinggi. Dan lagi, lagi, lagi terus ngutang. Saking kacaunya, itu nama akun utang di laporan keuangan berganti-ganti melulu, wesel bayar, obligasi, belum lagi utang ke bank. Teruuus membengkak.
Kenapa Sritex terus ngutang? Mbuh. Saya tdk dibayar buat melakukan analisis detail. Ngapain saya harus repot. Tapi apapun alasan mereka suka ngutang, maka hanya soal waktu, meledak. Covid-19 datang, penjualan jelas turun. Selama ini nyicil pokok dan bunga masih lancar, karena pendapatan operasional masih surplus. Sekarang jadi kalut. Nggak ada duit. Apa solusinya? Tambah utang buat bayar utang. Gali lubang tutup lubang. Produk impor China juga menggila. Tambah kusut penjualan.
Penting sekali 4 menteri yang disuruh Pak Prabowo bantu Sritex memahami situasi utang ini. Kenapa? KARENA INDONESIA HOBI NGUTAAANG!
Hari ini, kita masih tersenyum rasio utang kita hanya 38%. Santai. Masih kecil. Tapi kamu catat baik-baik, tiap tahun argo pokok+bunga yg harus dibayar adalah 1.000 trilyun. Kita masih senyum-senyum dong, bisa ditutup.
Tapi ssst, kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Sekali krisis besar datang menghantam dunia, Indonesia kena imbasnya, kurs menggila, inflasi meroket, baru kita paham, nyicil 1.000 trilyun itu tidak mudah. Tapi, tapi, tapi, iya, silahkan saja ngutang. Toh, tdk ada yg larang.
Tulisan ini juga tidak sedang menghakimi siapapun. Tulisan ini cuma buat ngasih tahu saja. Posisi laporan keuangan Sritex per 2023 tekor gila-gilaan. 24 trilyun utang vs 10 trilyun aset. Dengan rugi operasional trilyunan. Siapa yang akan nalangin? Rakyat Indonesia? Kok enak betul. Jadi, silahkan saja Pak Prabowo mau menyelamatkannya, tapi yg satu ini, jangan coba-coba pakai APBN.
Mending Pak Prabowo mikirin utang Indonesia saja deh. Karena 2024-2029, jika nafsu utang kita terus menggila, posisi utang negara bisa tembus 12.000 trilyun. Siapa yang akan tanggung kalau terjadi kenapa-kenapa? 280 juta penduduk Indonesia yang menanggung. Bukan keluarga Solo, juga bukan keluarga Kertanegara. Juga bukan Ibu Sri Mulyani--boro-boro.
Terakhir, apa hikmah ini buat kalian semua? Tahan nafsu utang kalian. Duh Rabbi, biarpun usaha kalian kecil, seadanya. Tapi tdk punya utang, mau jungkir balik krisis terjadi, kalian tetap tersenyum lebar. Bukan sebaliknya, bangga betul terlihat kaya raya, perusahaan dimana-mana, eh utangnya lebih besar. Tapi orang-orang ini kadang memang eror sih, dia memang bodo amat dgn utang-utang itu. Yang penting gaya.
(By TERE LIYE)
*fb